Page 244 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 244
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 242
Pada bab 6 dalam al-Futûhât al-Makkiyyah, dalam menjawab
pertanyaan; Apakah maknanya ketika seseorang disebut sebagai
orang yang ‘Ârif Billâh atau seorang yang mengetahui Allah? Ibn
Arabi menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘Ârif Billâh adalah bahwa
orang tersebut telah benar-benar mengetahui dan meyakini
keberadaan Allah, mengetahui sifat-sifat yang wajib bagi-Nya dan
mengetahui sifat-sifat yang mustahil atas-Nya. Pengertian ‘Ârif
Billâh di sini bukan dalam pengertian mengetahui Dzat atau hakekat
Allah, karena hal itu adalah suatu yang mustahil dapat diraih oleh
akal pikiran manusia. Kewajiban kita tentang hakekat Allah adalah
meyakini bahwa Allah tidak menyerupai suatu apapun dari
makhluk-Nya, sesuai dengan firman Allah dalam QS. asy-Syura: 11.
Pada bab 176 di bagian lain dari al-Futûhât al-Makkiyyah, Ibn
Arabi menerangkan bahwa syari’at telah mecegah setiap akal
pikiran untuk memikirkan Dzat Allah. Siapapun yang
mempergunakan akal pikirannya untuk meraih Dzat atau Hakekat
Allah maka ia akan menjadi sesat dan telah berbuat zhalim terhadap
dirinya sendiri. Karena Allah tidak pernah memerintahkan kepada
kita untuk berpikir tentang Dzat-Nya. Dia Allah hanya
memerintahkan kepada kita untuk befikir tentang makhluk-
makhluk-Nya untuk tujuan dijadikan argumen bagi keberadaan-
Nya. Dan kita hanya diperintah oleh-Nya untuk mengetahui dan
meyakini bahwa hanya Allah yang berhak untuk dituhankan, dan
bahwa apapun selain-Nya tidak berhak untuk dituhankan.
Lebih jelas lagi pada bab 208 dalam kitabnya tersebut Ibn
Arabi menuliskan: