Page 411 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 411

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 409

                  tersebut  merupakan  sifat-sifat  benda  yang  jelas  tidak  sesuai
                  bagi keagungan Allah. Tetapi makna “Istawâ” tersebut harus
                  dipahami dengan makna yang sesuai bagi keagungan Allah,
                  yang makna tersebut masih dalam kandungan makna-makna
                  “Istawâ”  itu  sendiri.  Dari  lima  belas  lebih  makna  “Istawâ”
                  dalam  bahasan  Arab,  salah  satunya  yang  dianggap  sesuai
                  bagi  keagungan  Allah  adalah  makna  “menguasai”.  Dengan
                  demikian makna QS. Thaha: 5 di atas adalah “Dia Allah yang
                  Maha  pengasih  yang  menguasai  ‘arsy”.  Inilah  yang  dimaksud
                  dengan Ta’wîl Tafshîli.
                  Metode  pertama,  Ta’wîl  Ijmâli  atau  yang  dikenal  dengan
           metodologi  tafwîdl  bukan  hanya  khusus  dipakai  oleh  para  ulama
           Salaf  saja,  karena  tidak  sedikit  dari  para  ulama  Khalaf  yang  juga
           mempergunakan metode ini. Demikian pula dengan metode kedua,
           Ta’wîl Tafshîli, bukan hanya khusus dipakai oleh para ulama Khalaf
           saja,  karena  tidak  sedikit  dari  para  ulama  Salaf  yang  memakai
           metode Ta’wîl Tafshîli ini, di antaranya sahabat Abdullah ibn ‘Abbas,
           Imam  Mujahid;  murid  Abdullah  ibn  ‘Abbas,  Imam  al-Bukhari,
           Imam Sufyan ats-Tsauri, dan ulama Salaf lainnya. Ini artinya kedua
           metodologi  tersebut  dapat  dibenarkan  dalam  memahami  teks-teks
           mutasyâbihât.  Dengan  demikian  bukan  pendapat  yang  tepat  bila
           dikatakan  metode  Salaf  lebih  selamat  (aslam)  sementara  metode
           Khalaf  lebih  terinci  (ahkam)”.  Karena  kedua  metode  tersebut  sama
           benarnya, dan keduanya dipergunakan, baik oleh para ulama Salaf
           maupun oleh para ulama Khalaf.
                  Bertolak dari dua metodologi ini Ahlussunnah berkeyakinan
           bahwa ‘arsy tidak boleh disebut sebagai tempat Allah, karena Allah
           tidak membutuhkan kepada makhluk-Nya. Allah menciptakan ‘arsy
           bukan  untuk  Ia  jadikan  tempat  bagi  diri-Nya,  tetapi  untuk
   406   407   408   409   410   411   412   413   414   415   416