Page 413 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 413
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 411
Allah berada di langit, seperti dalam firman Allah surat al-Mulk: 16,
mereka maknai secara zhahir bahwa Allah berada di langit.
Pemahaman-pemahaman mereka yang kontradiktif semacam ini
menjadikan mereka lebih layak disebut kaum mudzbdzab; kaum
yang tidak memiliki keteguhan keyakinan.
Yang lebih mengherankan dari mereka, --sebagai bukti
bahwa mereka tidak konsisten-- adalah saat mereka berhadapan
dengan teks-teks mutasyâbihât yang makna zhahirnya seakan Allah
berada di bumi, seperti pada firman Allah dalam QS. al-Baqarah:
115 (Fa Ainamâ Tuwallû Fa Tsamma Wajhullâh), atau QS. al-Hadid: 4
(Wa Huwa Ma’akum Ainamâ Kuntum), atau QS. Fushshilat: 54 (Alâ
Innahu Bikulli Syai’ Muhîth), dan ayat-ayat lainnya. Terhadap teks-
teks semacam ini mereka melakukan takwil, dengan alasan bahwa
arah bawah tidak menunjukan kemuliaan, berbeda dengan arah atas
yang menunjukkan kemuliaan. Kita katakan kepada mereka;
“Seluruh arah adalah ciptaan Allah, dan Allah tidak membutuhkan
kepada ciptaan-Nya. Arah atas tidak memberikan kemuliaan
kepada Allah, demikian pula dengan arah-arah lainnya. Contohnya
para nabi, mereka bertempat di bumi atau arah bawah, namun
demikian mereka lebih mulia dari para malaikat yang bertempat di
arah atas atau di arah langit. Atau nabi Muhammad yang mutlak
merupakan makhluk Allah paling mulia, namun begitu ia berada di
arah bawah, dan ini tidak mengurangi kemuliaannya”. Juga kita
katakan kepada mereka: “Apakah kalian hendak mengatakan
bahwa seorang pelaku maksiat yang bertempat tinggal di dataran
tinggi, seperti wilayah pegunungan, bahwa dia lebih mulia dari
pada seorang yang saleh dan bertakwa yang bertempat tinggal di
dataran rendah?! Apa yang hendak kalian katakan; para penjaga
berada di tempat yang tinggi, sementara tuan-tuan mereka yang