Page 415 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 415
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 413
Wahhâbiyyah, keduanya adalah karya Syaikh Sulaiman ibn Abd al-
Wahhab yang merupakan saudara kandung dari Muhammad ibn
Abd al-Wahhab sendiri, al-Aqwâl as-Saniyyah Fi ar-Radd ‘Alâ Mudda’i
Nushrah as-Sunnah al-Muhammadiyyah yang dikumpulkan oleh
Ibrahim Syahatah ash-Shiddiqi dari tulisan-tulisan al-Muhaddits
Abdullah al-Ghumari al-Maghribi, al-Aqwâl al-Mardliyyah Fi ar-Radd
‘Alâ al-Wahhâbiyyah karya al-Faqîh ‘Atha al-Kasam ad-Damasyqi al-
Hanafi, dan puluhan kitab lainnya.
Dengan demikian firman Allah dalam QS. Thaha: 5 (ar-
Rahmân ‘Alâ al-‘Arsy Istawâ), tidak boleh diartikan bahwa Allah
bertempat, bersemayam, atau duduk di atas ‘arsy, baik dengan jarak
atau bersentuhan langsung dengannya. Demikian pula tidak boleh
dikatakan bahwa Allah duduk tapi tidak seperti duduk kita, atau
bersemayam tidak seperti bersemayam kita. Sebab duduk dan
bersemayam adalah sifat khusus bagi benda, sebagaiman
dinyatakan oleh al-Hâfizh al-Baihaqi, al-Hâfizh Taqiyyuddin as-Subki,
al-Hâfizh Ibn Hajar al-Asqalani dan ulama besar lainnya. Maka tidak
boleh menerjemahkan kata “Istawâ” dalam ayat tersebut kepada
makna zhahirnya, baik di dalam bahasa Indonesia atau bahasa
lainnya, karena makna zhahirnya yang berari “bertempat” atau
“bersemayam” adalah makna yang tidak sesuai bagi keagungan dan
kesucian Allah. Selain dari pada itu kata “Istawâ” dalam bahasa
Arab memiliki lebih dari lima belas makna, dan tidak terdapat kata
dalam terjemahannya yang dapat mewakili lima belas makna
tersebut. Akan tetapi yang diperbolehkan mamahami makna
“Istawâ” tersebut adalah dengan salah satu dari makna-maknanya
yang sesuai bagi keagungan dan kesucian Allah, dan di antara
makna kata “Istawâ” yang sesuai untuk itu adalah makna “Qahara”
atau “Istaulâ”, artinya menguasai.