Page 477 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 477

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 475

           “Haram  hudlûr  majâlisihim…”.  Ini  karena  bacaan  tersebut  tidak
           sesuai  dengan  apa  yang  telah  diajarkan  dalam  syari’at  Islam.
           Terlebih  bila  terdapat  halaqah  dzikir  yang  merubah  lafzh  al-Jalâlah
           “Allah” menjadi “Âh”, maka hal tersebut harus lebih dihindari dan
           diwaspadai  serta  diterangkan  kebatilan  tersebut  kepada  seluruh
           orang Islam  455 .
                  Al-Hâfizh  al-Lughawi  Muhammad  Murtadla  az-Zabidi  dalam
           Syarh  al-Qâmûs  menyebutkan  bahwa  kata  “Âh”  adalah  kata  yang
           digunakan  dalam  mengungkapkan  rintihan  dan  kesakitan  (Li  asy-
           syikâyah  wa  at-tawajju’).  Dalam  pada  ini  az-Zabidi  mengutip  ada
           sekitar  20  lafazh  yang  biasa  digunakan  untuk  itu.  Di  antaranya;
           Awwah,  Awauh,  Awwûh,  Âwayâh,  Awwatâh,  Âh,  Ah,  Âhi…”.  Az-
           Zabidi,  yang  notabene  sebagai  pakar  bahasa,  sebagai  mana  juga
           para pakar bahasa lainnya, mereka semua menetapkan bahwa “Âh”
           bukan sebagai nama Allah.
                  Di  samping  itu,  para  ulama  fikih  dari  empat  madzhab
           sepakat bahwa yang  mengucapkan  “Âh” dengan sengaja di dalam
           shalatnya,  maka  shalatnya  tersebut  menjadi  batal.  Artinya  bahwa
           para  ulama  fikih  sepakat  menetapkan  “Âh”  bukan  sebagai  nama
           Allah,  sebab  bila  ia  salah  satu  nama  Allah  maka  mereka  pasti
           menetapkan  bahwa  kata  “Âh”  tersebut  tidak  membatalkan  shalat,
           karena dzikir menyebut nama Allah di dalam shalat adalah sesuatu
           yang baik, dan dianjurkan.
                  Beberapa  orang  dari  pengaku  ahli  tarekat  tersebut,  dalam
           menetapkan  pernyataan  bahwa  “Âh”  adalah  nama  Allah,  mereka
           mengambil dalil dari  riwayat ‘Aisyah. Diriwayatkan bahwa ketika
           ‘Aisyah sedang duduk di samping seorang yang sedang sakit, tiba-



                 455  Penjelasan lebih luas lihat at-Tasyarruf…, h. 168-169
   472   473   474   475   476   477   478   479   480   481   482