Page 94 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 94

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 92

              waktunya beliau habiskan dalam ibadah kepada Allah dan dalam
              menegakkan syari’at Allah. Demikian pula dengan sahabat Umar
              ibn  al-Khaththab,  Utsman  ibn  Affan,  dan  Ali  ibn  Abi  Thalib.
              Karena  itu  para  ulama  Ahlussunnah  telah  bersepakat  (Ijma’)
              bahwa  orang  yang  mengatakan  bahwa  ibadah  dan  mujâhadah
              yang  telah  mencapai  puncak  tertingginya  dapat  menggugurkan
              ajaran-ajaran  syari’at  maka  orang  ini  telah  keluar  dari  Islam
              menjadi kafir 115 .
                     Simak kisah nyata yang terjadi pada Syaikh Abd al-Qadir
              al-Jailani. Suatu ketika, Syaikh Abd al-Qadir dalam khlawah-nya
              didatangi  Iblis  dalam  bentuk  cahaya.  Iblis  berkata:  “Wahai
              hambaku,  wahai  Abd  al-Qadir,  aku  adalah  tuhanmu,  aku
              halalkan  bagimu  segala  sesuatu  yang  telah  aku  haramkan”.
              Tanpa  berfikir  panjang  Syaikh  Abd  al-Qadir  menjawab:
              “Terlaknat engkau wahai Iblis...!”.  Syaikh Abd al-Qadir seorang
              ‘Ârif  Billâh,  beliau  tahu  bahwa  yang  berbicara  tersebut  adalah
              Iblis. Karena Allah bukan cahaya atau sinar, Allah tidak berkata-
              kata dengan suara dan huruf, juga Allah ada tanpa tempat dan
              tanpa arah, serta karena Allah tidak menghalalkan sesuatu yang
              telah diharamkannya    116 .
                     Kemudian  Imam  Ahmad  ar-Rifa’i  dalam  menjelaskan
              bahwa  hukum-hukum  syari’at  tidak  akan  pernah  gugur  dari
              siapapun menyatakan bahwa seseorang yang memiliki sifat-sifat
              kewalian  bukanlah  seperti  orang-orang  semacam  Fir’aun  atau
              semacam Namrud. Orang semacam Fir’aun, -ketika telah meraih
              apa  yang  diinginkan-  maka  berkata:  “Anâ  Rabbukum  al-A’lâ…
              (Saya  adalah  tuhan  kalian  yang  maha  tinggi)”.  Demikian  pula

                 115  Lihat al-Qâdlî ‘Iyad, asy-Syifâ Bi Ta’rif Huqûq al-Mushthafâ, j. 2, h. 239
                 116  Lihat asy-Sya’rani, ath-Thabaqât…, j. 1, h. 218
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99