Page 96 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 96
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 94
ِ
ِ
ِ
هاور( ديدقْ لا لكْتَ تناك شير ق نم ةأرما نبا نَأ انَّإ كَ لبِ تس َ ل نيإف
َْ ُ ْ َ َّ
َ َ
ُ َ ْ َ َ
ّ َ
ُ
ُ ََ ْ
َ ُ ْ
َْ ْ
ُ
ِ
)مكاْ لحاو هجام نبا
َ َ َ َ ُ ْ
“Sesungguhnya saya bukanlah malaikat, saya hanyalah
seorang anak seorang perempuan dari suku Quraisy; seorang
perempuan yang suka makan qadid” (daging yang dijemur).
(HR. Ibn Majah dan al-Hakim).
g. Kisah Yang Benar Tentang Nabi Musa Dan Nabi Khadlir
Berikut ini penulis kutip tentang kisah nabi Musa dan nabi
Khadlir untuk melihat bahwa syari’at dan hakikat adalah satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, sekaligus sebagai bantahan
kapada mereka yang membeda-bedakan antara zhahir dan batin.
Pembahasan lugas tentang masalah ini sebenarnya telah dituliskan
oleh Ibn Hajar al-Haitami dalam al-Fatâwâ al-Hadîtsiyyah 117 . Dan
secara tersirat dituliskan pula oleh as-Suhrawardi dalam ‘Awarif al-
Ma’arif, dan dalam beberapa karya ulama lainnya. Termasuk oleh
as-Sarraj dalam al-Luma’ yang telah menuliskan satu bab dengan
judul “Bab Fî Dzikr Man Ghalath Fî al-Nubuwwah Wa al-Wilâyah” (Bab
dalam penjelasan kesalahan dalam definisi kenabian dan kewalian).
Dalam kitab al-Luma’, as-Sarraj menuliskan bahwa salah besar
pendapat yang mengutamakan al-Khadlir atas Nabi Musa dengan
dasar peristiwa yang terjadi antara keduanya. Juga kesalahan yang
sangat membahayakan pendapat yang mengatakan bahwa kewalian
dapat lebih utama dari pada kenabian. Peristiwa antara Musa dan
al-Khadlir sama sekali tidak menunjukan bahwa Musa di bawah
derajat al-Khadlir. Masih menurut as-Sarraj, Nabi Musa dan al-
117 al-Fatâwâ al-Hadîtsiyyah, h. 220-221