Page 124 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 124
122 | Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid
melindunginya”. (HR. al-Bukhari dan hadits ini adalah
hadits ke tigapuluh delapan dari al-Arba'in an-Nawawiyyah)
Sesungguhnya para Nabi, para Wali Allah dan orang-
orang saleh adalah para kekasih Allah (Ahbabullah). Jika mereka
memohon kepada-Nya maka Allah akan mengabulkannya. Jika
mereka memohon perlindungan dari-Nya maka Allah akan
memberi perlindungan. Dengan demikian bila kita bertawassul
dengan mereka, kita berharap semoga dengan sebab syafa'at, doa,
kemuliaan dan ketinggian derajat mereka, Allah mengabulkan
segala permohonan kita.
Dan karena kemuliaan, ketinggian derajat, doa dan syafa'at
mereka tidak terhenti dan tidak terputus walaupun mereka telah
meninggal, maka boleh bertawassul dengan mereka meskipun
mereka telah meninggal. Karena yang maha mengabulkan segala
doa (Mujib ad-Da'awat) dan yang maha meluluskan segala
keinginan dan keperluan (Qadli al-Hajaat) adalah hanya Allah, baik
ketika para nabi, para wali dan orang-orang saleh tersebut masih
hidup atau sesudah mereka meninggal.
c. Mereka Bertujuan Mengkafirkan Orang-Orang Islam
Yang Melakukan Takwil Terhadap teks-teks
Mutsyabihat
Ibnu Taimiyah menafikan dan mengingkari adanya takwil
49
tafshili dari para ulama Salaf . Menurutnya tidak ada seorangpun
49 Ada dua metode untuk memaknai ayat-ayat mutasyabihat
yang keduanya sama-sama benar: (Pertama): Metode Salaf. Mereka
adalah orng-orang yang hidup pada tiga abad hijriyah pertama. Yakni
kebanyakan dari mereka mentakwil ayat-ayat mutasyabihat secara global
(takwil ijmali), yaitu dengan mengimaninya serta meyakini bahwa
maknanya bukanlah sifat-sifat jism (sesuatu yang memiliki ukuran dan