Page 126 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 126
124 | Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid
pemahaman seperti yang kita kenal (dalam makna
50
zhirnya)” .
Disamping mengingkari takwil Ibnu Taimiyah juga
mengingkari adanya bentuk metafor (majaz) dalam teks-teks
syara‘. Sebagaimana itu diungkapkan dalam karyanya sendiri
berjudul al-Iman, berkata:
ْلبْ،نآرقلاْفيْزاىرْلافْ،زاىرْةغللاْفيْنوكَْنأْرَدقتبْاذهف
ْوبْقطنَْندْثديزْعدتبمْميسقتْزاىروْةقيقحْهذإْةغللاْميسقتو
ْلبْ،ايظفلْويفْعازنلاْسيلوْ،يلوقْىلعْويفْفلنخاوْ،فلس لا
ْ ْْ.اذىْنعْاذىْزيمتَْلاْلطباْميسقتلاْاذىْسفنْ؛لاقَ
“... maka ini adalah dengan prakiraan adanya bentuk
metafor (majaz) dalam bahasa. Sementara dalam al-Qur‟an
tidak ada bentuk metafor. Bahkan pembagian bahasa
kepada hakekat dan metafor adalah pembagian bid‟ah,
perkara baharu yang tidak pernah diungkapkan oleh para
ulama Salaf. Sementara ulama Khalaf-pun dalam masalah
ini ada dua pendapat. Dan bukanlah perbendaan pendapat
dalam masalah ini hanya sebatas dalam ungkapan saja
(lafzhiy). Tetapi pendapat yang benar; bahwa pendapat
pembagian bahasa kepada hakekat dan metafor adalah
pembagian bathil. Tidak ada bedanya antara perbendaan
pendapat sebatas lafzhiy, maupun perbendaan lafzhiy dan
51
hakiki (artinya sama-sama batil)” .
Berangkat dari pemahaman teori tauhid al-Asma‟ wa ash-
Shifat dan dengan dasar pengingkaran terhadap takwil maka
50 Ibnu Taimiyah, Majmu‟ Fatawa, j. 6, h. 394
51 Lihat karya Ibnu Taimiyah berjudul al-Iman, h. 94