Page 127 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 127

Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid  | 125

            kemudian Ibnu Taimiyah memahami setiap teks-teks mutasyabihat
            dalam  makna  harfiyahnya,  makna  literal,  atau  makna  zahirnya.
            Karena itu maka Ibnu Taimiyah menetapkan sifat-sifat kebendaan
            bagi  Allah,  seperti  sifat  gerak,  diam,  duduk  bertempat.  Juga
            menetapkan  anggota-anggota  badan  bagi  Allah,  seperti  mata,
            telinga,  mulut,  tangan,  jari-jari,  dan  lainnya.  Dengan  dasar
            pemahaman  teori  tauhid  al-Asma‟  wa  ash-Shifat  ini  maka  Ibnu
            Taimiyah  kemudian  meyakini  bahwa Allah  sebagai  jism  (benda).
            Itu semua tertulis sangat jelas dalam karya-karya Ibnu Taimiyah
            sendiri. Seperti Syarh Hadits an-Nuzul hal. 80, Muwafaqah Sharih al-
            Ma‟qul  Li  Shahih  al-Manqul  1/162,  148,  Minhaj  as-Sunnah  an-
            Nabawiyyah 1/197, 180, 204, Majmu‟ al-Fatawa 4/152, Bayan Talbis
            al-Jahmiyyah 1/101.

                   Perhatikan  catatan  Ibnu  Taimiyah  berikut  ini  dalam
            karyanya berjudul Syarh Hadits an-Nuzul, berkata:
                 ْءايبنلأاْنمْدحأْنعْلقنَْندْونأْمولعمفْعرشلاْامأوْ؛   )ليق(

                 ْنأْوأْمسجْاللْنأْةملأاْفلسْلاوْيعباتلاْلاوْةبااصلاْلاو


                          ْ ْ  .عرشلاْفيْةعدبْتابثلإاوْيفنلاْلبْ،مسبجْسيلْالل

                  “Dan  adapun  dalam  Syara‟  maka  telah  diketahui  bahwa
                  tidak  pernah  menukil  dari  seorang-pun  dari  para  Nabi,
                  tidak pula dari para Sahabat, tidak pula dari para Tabi‟in,
                  tidak pula dari orang-orang Salaf dari umat ini bahwa Allah
                  sebagai  jism  atau  bukan  jism.  Bahkan,  menatapkan  dan
                  atau  menafikan  jism  dari  Allah  dalam  syara‟  adalah
                               52
                  perkara bid‟ah” .
                   Tulisan Ibnu Taimiyah ini jelas ingin menggiring pembaca
            agar  suapaya  mereka  meyakini  seperti  apa  yang  diyakininya;

                     52   Ibnu Taimiyah, Syarh Hadits an-Nuzul, h. 80
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132