Page 125 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 125
Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid | 123
dari para sahabat Rasulullah, juga dari generasi Salaf sesudah
mereka yang melakukan takwil tafshili terhadap teks-teks
mutasyabihat. Ibnu Taimiyah menyebutkan faham ekstrimnya ini
dalam beberapa kitab karyanya, yang kemudian fahamnya ini
diikuti bahkan diagungkan oleh orang-orang Wahabi; para
pengikut Muhammad ibn Abdul Wahhab.
Catatan Ibnu Taimiyah dalam masalah ini ia sebutkan
diantaranya dalam kumpulan fatwa-fatwanya, ia berkata:
ْونأْةبا اصلاْنمْدحأْنعْهذىْتيعاسْهذإْدجأْملفْ؛)ليق(
ْفلابخْتافصلاْثَداحأْوأْتافصلاْتيَآْنمْائيهْلوتأ
ْ فورعهداْمولعهداْاىاضتقم
“Hingga saat sekarang ini aku tidak menemukan seorang-
pun dari para Ulama Salaf, -dari para Sahabat Rasulullah
maupun orang-orang yang setelahnya- yang melakukan
takwil terhadap ayat-ayat tentang sifat Allah, atau takwil
terhadap hadits-hadits sifat; yang menyalahi tuntutan
dimensi), tetapi memiliki makna yang layak bagi keagungan dan
kemahasucian Allah tanpa menentukan apa makna tersebut. (Kedua):
Metode Khalaf. Mereka mentakwil ayat-ayat mutasyabihat secara
terperinci dengan menentukan makna-maknanya sesuai dengan
penggunaan kata tersebut dalam bahasa Arab. Seperti halnya ulama
Salaf, mereka tidak memahami ayat-ayat tersebut sesuai dengan
zhahirnya. Metode ini bisa diambil dan diikuti, terutama ketika
dikhawatirkan terjadi goncangan terhadap keyakinan orang awam demi
untuk menjaga dan membentengi mereka dari tasybih (menyerupakan
Allah dengan makhluk-Nya). Metode ini disebut dengan metode takwil
tafshili. Lihat al-Habasyi, ash-Shirath al-Mustaqim, h. 47-58