Page 137 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 137
Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid | 135
sungguh setiap orang itu lebih mengetahui terhadap Allah di
banding orang-orang Jahmiyyah”.
Demikian pula dengan dasar keyakinan tauhid al-Asma‟ wa
ash-Shifat maka Ibnu Taimiyah meyakini bahwa Allah berada pada
arah dan tempat. Sebagaiman ia tulis dalam karya-karyanya,
seperti; Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyyah, j. 1, h. 56, h. 142, h. 217,
h. 242, h. 249, h. 250, h. 262 dan h. 264, ar-Risalah at-Tadmuriyyah,
h. 46, dan Bayan Talbis al-Jahmiyyah j. 1, h. 526.
Dalam karyanya berjudul Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyyah,
Ibnu Taimiyah menuliskan catatan yang menurutnya sebagai
bantahan terhadap pendapat –Ahlussunnah Wal Jama‘ah
Asy‘ariyyah Maturidiyyah—Allah ada tanpa tempat dan tanpa
arah, berkata:
ْسيلفْنداعلاْقوفْامْوىوْيمدعْرمأْةهلجباْدَرأْنإوْ:ْ)ليق (
ْونأْملاكلاْنَعمْناكْةهجْفيْونإْليقْاذإفْ،هدحوْاللْلاإْكانى
ْعيملجاْقوفْوهفْتاقولخهداْتهتنا ْ ثيحْنداعلاْقوفْكانى
ْ ىاْ.ويلعْلاع
“Jika yang dimaksud dengan arah adalah perkara yang
tidak ada (amr „adamiy); yaitu sesuatu yang di atas alam
maka sesungguhnya di sana tidak ada siapapun kecuali
hanya Allah saja. Dengan demikian jika dikatakan Dia
Allah berada pada suatu arah maka itu artinya bahwa Dia
berada di atas alam, tempat penghabisan para makhluk.
59
Maka Dia Allah di atas segala seuatu, tinggi di atasnya ”.
Pada bagian lain dari karyanya berjudul Minhaj as-Sunnah
an-Nabawiyyah ini, Ibnu Taimiyah menuliskan:
59 Ibnu Taimiyah, Minhaj as-Sunnah, j. 1, h. 217