Page 244 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 244
242 | Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid
(menjelang kiamat saat di mana tidak ada seorangpun dari
penduduk bumi yang beriman kepada-Nya). Lalu jika para
pengikut Ibnu Taimiyah itu berkata: ―Makna ayat itu adalah
bahwa Allah sebagai Ilah Yang disembah dengan hak‖, maka kita
katakan kepada mereka: ―Jika demikian maka maknanya tidak
berbeda dengan Rabb, karena makna Rabb-pun adalah Yang
disembah dengan hak, bukan dengan makna lain.
Kemudian dari pada itu, apabila orang-orang kafir telah
meyakini tauhid Rububiyyah seperti pendapat para pecinta Ibnu
Taimiyah maka tentunya perselisihan antara Nabi Musa dengan
Fir‘aun tidak akan terjadi, karena Fir‘aun mengaku dirinya sebagai
Rabb, sebagaimana difirmankan Allah bahwa Fir‘aun berkata:
ْ ْ
َ
ََ
ُ َ
) ٕٗ ْ:تاعزانلاْةروس(ْىَ لعَ لأاْمُ كُّ برْنََأْ َ ل اق ف
“Maka ia (Fir‟aun) berkata: Aku adalah Rabb kalian yang agung” (QS.
An-Nazi‟at: 24). Karena itulah maka Fir‘aun tidak pernah
meyakini adanya Rabb kepada selain dirinya. Sebagaimana
difirmankan Allah bahwa ia berkata kepada Nabi Musa:
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ْةروس(ْينوجسمْ لاْنمْك نَ لعجَ لأْييغْاىلاإْتْ ذجخاِْ نئَ لْ َ لاق َ
َ َ
َ َ
ْ ً
َ َ ْ
َ ُ ْ َ َ
) ٕٜ ْ:ءارعشلا
“Jika engkau menjadikan Ilah kepada selain diri-ku maka
aku akan menjadikanmu dari orang-orang yang
dipenjarakan”. (QS. Asy-Syu‟ara: 29).
Dalam ayat di atas Fir‘aun mengaku sebagai Rabb, dan dalam ayat
ini ia juga menetapkan bahwa dirinya Ilah. Lalu, bagaimana dapat
diterima akal sehat seorang Fir‘aun dalam kekufurannya ini
dikatakan bahwa ia sebagai ahli tauhid dari segi tauhid
Rububiyyah?! Na‟udzu billah.