Page 243 - Mengungkap-Kerancuan-Pembagian-Tauhid-Kepada-Uluhiyyah-Rububiyyah-dan-al-Asma-Wa-ash-Shifat-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-277-Hal
P. 243
Mengungkap Kerancuan Tiga Tauhid | 241
–Dalam ayat ini hanya diungkapkan dengan kata Rabb (rububiyyah),
tidak ada penambahan kata Ilah (Uluhiyyah)--. Seandainya
pengakuan dengan Rububiyyah saja tidak mencukupi, harus
disertakan dengan Uluhiyyah --seperti faham ekstrim Ibnu
Taimiyah-- maka tentu ada penambahan ungkapan tersebut, dan
tentunya akhdz al-Mitsaq hanya dengan ungkapan Rabb tersebut
tidak sah, juga berarti pengakuan umat manusia saat mereka
menjawab ―benar‖ tidak ada artinya sama sekali, dan perkataan
mereka ―Sesungguhnya kami dari peristiwa akhdz al-Mitsaq ini
telah menjadi orang-orang yang lalai‖ maka berarti bohong belaka
adanya.
Dan banyak argumen-argumen logis yang bisa kemukakan
dengan panjang lebar dalam bahasan ini. Sebagaimana nyata bagi
anda, juga bagi setiap orang yang memiliki akal sehat, bahwa apa
yang disebut dalam istilah mereka dengan tauhid Uluhiyyah dan
tauhid Rububiyyah bukan dua perkara yang satu sama lainnya
saling melengkapi yang wajib dihadirkan keduanya, tetapi
keduanya adalah dengan makna yang sama.
Dalam ayat lain Allah berfirman:
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ْ:فرخزلاْ ةروس(ْ وَ لإْ ِ ضرَ لأاْ فيوْ وَ لإْ ءآمسلاْ فيْ يذلاْ وىو
ْ
َ ٌ
ٌ
ْ
ََُ
َ
) ٛٗ
“Dan Dialah (Allah) yang sebagai Ilah di langit dan sebagai Ilah di
bumi”. (QS. Az-Zukhruf: 84). –Dalam ayat ini disebutkan kata Ilah
(Uluhiyyah), yang menurut Ibnu Taimiyah dan para pengikutnya
bahwa tugas para Nabi adalah menyeru kepada tauhid Uluhiyyah,
bukan kepada tauhid Rububiyyah--. Dalam ayat ini ditegaskan
bahwa hanya Allah sebagai Ilah bagi penduduk bumi, walaupun
umpama tidak ada seorangpun dari penduduk bumi yang
meyakini-Nya sebagai Ilah, seperti nanti di akhir zaman