Page 39 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901_tanpa tambahan-1-1-98
P. 39

Kini aku perlu menyesuaikan dengan kehidupan keluarga pak Nadi yang penuh
        dengan tata aturan. Boleh dikata aku mengalami “culture shock”

        Beberapa  hari  setelah  aku  masuk  sekolah,  tepatnya  tanggal  5  Juli  1959,  di
        Jakarta  Presiden  Soekarno  mengumumkan  “Dekrit  Presiden”.  Kejadian  itu
        disampaikan  oleh  Kepala  Sekolah,  bapak  Kincoko,  pada  waktu  upacara
        bendera, tetapi kami tidak faham. Menurut para guru, dekrit itu dikeluarkan
        karena  pemerintahan  tidak  berjalan  seperti  yang  diharapkan  rakyat,  terjadi
        perbedaan pendapat yang tajam antara pemerintah dan legislatif.

        Adapun isi dekrit itu adalah sebagai berikut,
        1, Bubarkan DPR dan Badan Konstituante hasil Pemilu 1955.
        2, UUD RIS tidak berlaku lagi. Kembali ke UUD 1945.

        Dekrit  ini  kemudian  diikuti  dengan  Manifesto  Politik,  lebih  dikenal  dengan
        istilah Manipol, yaitu pokok-pokok isi pidato Presiden pada 17 Agustus 1959,
        yang merupakan penjabaran dari dekrit.  Inti dari Manipol adalah USDEK.
        USDEK,  singkatan  dari  “UUD  1945”,  “Sosialisme  Indonesia”,  “Demokrasi
        Terpimpin”,  “Ekonomi  Terpimpin”           dan  “Kepribadian  Indonesia”.  Manipol-
        Usdek  kemudian  menjadi  mata  pelajaran  pokok  dari  tingkat  SR  hingga
        Perguruan Tinggi.

        Satu bulan aku di Wonosari. Aku sudah mulai kerasan, sudah dapat mengikuti
        pelajaran di sekolah dan sudah mengenal banyak teman. Selama satu bulan ini
        aku sudah menikmati kehidupan kota. Walaupun Wonosari bukan kota besar,
        tetapi  suasananya  sudah  jauh  berbeda  dengan  di  Ponjong.  Lalu  lintas  ramai,
        banyak mobil dan motor melintas dijalan raya beraspal. Di malam hari lampu
        listrik menerangi jalan-jalan utama dan rumah-rumah penduduk yang kaya. Aku
        bisa mendengarkan siaran radio dirumah pak Nadi, belum ada TV.
        Sementara  itu,  di  Ponjong  dan  dibeberapa  Kecamatan  sudah  dibuka  SMP
        Negeri, sebagai pengganti SGB yang sudah ditutup.

        Suatu hari, simbok dengan diantar mas Yahyo, datang menjenguk aku. Rupanya
        bukan  sekadar  menjenguk,  tetapi  ada  maksud  meminta  tolong  kepada  pak
        Nadi.  Simbok  meminta  tolong  agar  aku bisa dipindahkan  ke SMPN  Ponjong
        dan sekaligus berterima kasih atas segala bantuan pak Nadi beserta ibu selama
        aku  menumpang  di  rumahnya.  Aku bisa mengerti  apabila bapak  dan  simbok
        agak keberatan aku bersekolah di Wonosari. Selain tidak rela berpisah, secara
        rutin, setiap bulan perlu mengirim beras dan  uang kos kepada keluarga pak

        Nadi.
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44