Page 43 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901_tanpa tambahan-1-1-98
P. 43
IPPI (Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia). Terjadi gejolak yang cukup ramai
disekolah karena ada yang pro dan ada yang kontra. Kelompok yang pro
dipelopori oleh Probo, anak Bupati KDH Gunungkidul, tokoh PKI, dan yang
kontra dipelopori oleh Ngiso, anak guru mengaji di Wonodoyo. IPPI adalah
organisasi kesiswaan dibawah kendali PKI. Karena aku tidak bisa
menyelesaikan, akhirnya masalah itu aku laporkan ke forum guru. Kepala
Sekolah, pak Ardani memutuskan siswa SMPN Ponjong tidak diizinkan menjadi
anggota IPPI. Aku lega. Itulah pengalaman pertamaku mengatasi konflik
antarteman yang berbeda pandangan atau ideologi. Pada waktu itu, rasanya
siswa-siswa SMP sudah mulai belajar politik praktis.
Suasana politik di masyarakat pada waktu itu memang memanas. Terjadi fraksi
antaranggota Parpol. Slogan NASAKOM (NASional, Agama, KOMunis) yang
digagas Presiden Soekarno atas dorongan PKI untuk menyatukan pandangan
ideologi, tidak diterima oleh Parpol yang berideologi agama, terutama Partai
Islam.
Di kelas 2, sudah ada penjurusan, yaitu jurusan “A” dengan pengutamaan mata
pelajaran bahasa dan pengetahuan sosial, jurusan “B” dengan pengutamaan
pelajaran matematika dan pengetahuan alam. Aku masuk ke jurusan B. Ada 8
mata pelajaran utama di jurusan B, yang hingga kelas 3 mata pelajaran itu tidak
berubah. Mata pelajaran itulah yang diujikan pada ujian akhir, terdiri dari
Aljabar, Ilmu Ukur, Ilmu Bumi, Ilmu Hayat, Ilmu Alam, Sejarah, Bahasa
Indonesia, dan Bahasa Inggris.
Situasi sekolah saat itu semakin dinamis sejalan dengan mulai hiruk pikuknya
kehidupan politik di masyarakat. Perintah Presiden pada Desember 1961
tentang “TRIKORA” (TRI KOmando RAkyat) untuk merebut Irian Barat dari
tangan Belanda sampai juga ke sekolahku. Majalah dinding didominasi dengan
berita-berita heroik dari guntingan surat kabar serta gambar-gambar komik
yang dibuat oleh para siswa. Lagu-lagu perjuangan semakin digalakkan, lagu-
lagu daerah diperkenalkan dan dinyanyikan, seperti lagu “Bunga Jeumpa” dari
Aceh, “Kampuang nan jauh dimato” dari Sumatera Barat, “Cing cangkeuling”
dari Jawa Barat, “Anging mamiri” dari Sulawesi Selatan, “Rambe yamko” dari
Irian dan lainnya, serta kurikulum ditambah dengan mata pelajaran CIVIC.
Isi dari Trikora itu adalah sebagai berikut,
1, Gagalkan pembentukan negara Papua bentukan Belanda.
2, Kibarkan sang merah putih diseluruh wilayah Irian Barat.

