Page 42 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901_tanpa tambahan-1-1-98
P. 42

Yang paling hangat dan heboh pada waktu itu adalah berita di koran tentang
        keberhasilan      Kolonel     Achmad       Yani     memadamkan         Pemberontakan
        PRRI/Permesta. Aku sangat mengagumi kepemimpinan Kolonel Achmad Yani.
        Semenjak  saat  itu,  aku  mulai  tertarik dengan  kehidupan  dan kiprah  Tentara
        yang  mempunyai  tugas  menjadi  penjaga  keamanan  bangsa  dan  negara.
        Seringnya  aku  membaca  berita  dan  memasukkannya  ke  majalah  dinding
        tentang  perjuangan  Tentara  dan  kepahlawanan  Ahmad  Yani  ini  membuat
        seorang teman yang mempunyai kerabat tantara, Wagino menyarankan agar
        aku  nanti     melanjutkan  pendidikan  ke  AMN.  Dengan  demkian,  aku  bisa

        menjadi  seperti  Ahmad  Yani.  Saat  itu  aku  belum  tahu  AMN  itu  lembaga
        pendidikan  apa,  kata  temanku,  itu  Sekolah  Tingginya  Tentara.  Belakangan,
        Ahmad Yani menjabat sebagai MENPANGAD.

        Liburan akhir tahun di kelas dua, aku dikhitan. Hal tersebut dilakukan setelah
        umurku menginjak 13 tahun. Sudah menjadi tradisi di desa, anak lelaki dikhitan
        setelah  akhil  bali  karena  dikhitan  identik  dengan  di  “ISLAM”kan.  Untuk  itu,
        sebelum dikhitan aku  harus  mengucapkan syahadat. Oleh karena itu, pada
        umumnya  Bong  Supit  adalah  juga  guru  mengaji,  ustadz,  atau  setidaknya
        mempunyai  pengetahuan  yang  cukup  tentang  agama  Islam  sehingga  bisa
        menuntun dan  menjadi  saksi  saat  mengucapkan  syahadat.  Aku dikhitan  oleh
        mas  Hadi  Suwito,  kakak  sepupuku  yang  juga  pejabat  Kaum,  pejabat  urusan
        agama di desaku.

        Bisa jadi karena melihat nilai rapor selama dikelas 1, setelah di kelas 2, aku
        ditunjuk oleh dewan guru untuk menjadi Ketua OSIS. Pemilihan menjadi Ketua
        Osis tidak melalui cara-cara  pemilihan yang melibatkan siswa, tetapi langsung
        ditunjuk oleh dewan guru berdasarkan nilai kemampuan siswa. Aku dibantu
        oleh beberapa siswa sebagai pengurus Osis untuk menjalankan kegiatan yang
        juga  ditunjuk  oleh  dewan  guru.  Hal  ini  tentu  membuat  aku  lebih  sibuk
        dibandingkan  dengan  teman-teman  lain.  Tugasku  sebagai  Ketua  Osis  adalah
        mengajak  dan  mengatur  para  siswa  dalam  kegiatan  di  luar  jam  pelajaran,
        termasuk  kegiatan  Kepanduan,  sekarang  Kepramukaan,  koperasi  siswa,  dan
        menyelenggarakan  majalah  dinding  bersama  teman-teman  pengurus.  Dalam
        menggerakkan Kepanduan, aku dibimbing oleh pak Sajiman, guru olahraga, dan
        Pembina kepanduan yang lebih suka dipanggil Kak Jim.

        Selama  menjadi  Ketua  Osis,  masalah  krusial  yang  aku  alami  adalah
        menyelesaikan    perselisihan  antarteman.  Hal  tersebut  disebabkan  adanya

        perbedaan  pendapat tentang keikutsertaan siswa ke dalam organisasi pelajar
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47