Page 49 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901_tanpa tambahan-1-1-98
P. 49
hingga ke Prambanan, ke Delanggu Klaten, ke Palbapang Bantul, dan ke
Sentolo Kulonprogo.
Kampung Ledok Tukangan dihuni oleh kelompok menengah kebawah dan
sesuai namanya semua tukang ada di sana, yang legal maupun tidak legal. Para
tukang itu membentuk kelompok sesuai profesinya. Ada kelompok tukang
jahit, tukang cukur, tukang becak, tukang bakso hingga tukang copet bahkan
tukang pukul atau preman. Namun, kehidupan di sana tetap aman dan damai.
Sesama warga hidup saling menjaga. Banyak anak-anak sebayaku di sana dan
aku segera bisa akrab dengan mereka karena merasa sepadan. Aku ikut aktif
dalam berbagai kegiatan yang dikoordinir oleh sinoman kampung. Sekarang
disebut karang taruna.
Aku menjadi akrab dengan mbah Gareng, koordinator tukang copet, kang
Salamun tukang jahit yang jadi ketua sinoman, Sarjono tukang bakso, Bartono
dan Upik Sriresnani koordinator pengajian, serta teman-teman yang tergabung
dalam organisasi sinoman kampung. Aku akrab dengan Sarjono. Hal tersebut
disebabkan dia selalu menyisakan kuah bakso untukku setelah berjualan.
Dengan kuah bakso itu yang kemudian aku campur dengan intip menjadi
makan vaforitku.
Aku juga sempat belajar mengaji kepada ustadz Abdul Azis, ayah Upik, orang
Padang, pemilik satu-satunya surau di kampung itu. Namun, kegiatan mengaji
hanya berjalan satu tahun, tidak berlanjut karena situsai politik yang memanas
saat itu. Rumah pak ustadz sering dilempari batu apabila sedang ada pengajian,
oleh orang-orang yang menuduhnya tidak mendukung NASAKOM. Hal ini
terjadi setelah muncul adanya pengelompokan pemuda ke dalam organisasi-
organisasi yang disponsori oleh parpol tertentu.
Keresahan di masyarakat mulai timbul setelah terjadi persaingan antarormas
yang pronasionalis, yang proislam dan yang prokomunis. Yang paling agresif
mengajak untuk bergabung adalah Pemuda Rakyat (PR), organisasi underbow
PKI. Mereka yang menolak bergabung dianggap sebagai lawan. Situasi mulai
hangat meresahkan. Lagu “Genjer-Genjer” yang diklaim sebagai lagunya PKI
terdengar di mana-mana setiap hari sehingga aku pun jadi hafal.
Inilah lirik lagu “Genjer-genjer”,
(ciptaan Muhammad Arief, seniman, lagu rakyat Banyuwangi, berbahasa Using).
Genjer genjer nong kedhokan pating keleler (2x).
Emake thulik teko teko mbubuti genjer (2x).

