Page 50 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901_tanpa tambahan-1-1-98
P. 50

Ulih sak tenong mungkur sedhot sing tulih tulih.
        Genjer genjer saiki wis digowo mulih. (bait 1)
        (aslinya ada 3 bait)

        Jarak dari rumah ke sekolah sekitar 10 km jika ditempuh melewati jalan raya
        utama, yaitu melewati Jalan Suryatmajan–Jalan Malioboro–Jalan Ahmad Dahlan
        – Jalan Wates. Tiap hari aku menempuh jalan ini dengan bersepeda. Teman-
        temanku  juga  ke  sekolah  dengan    bersepeda.  Tidak  ada  teman  yang  naik
        sepeda motor, apalagi mobil walaupun di antara mereka ada anak orang kaya

        atau  pejabat.  Tidak  ada  angkutan  umum  bermotor  seperti  angkot  atau  bis
        sekolah,    yang  ada  becak  dan  delman.  Banyaknya  siswa  di  Yogyakarta  yang
        bersepeda  membuat  jalanan    dipenuhi  barisan  sepeda  yang  tidak  putus-
        putusmenjelang  jam  7  pagi  dan  setelah  usai  jam  sekolah.  Maka,  Yogyakarta
        waktu itu disamping disebut Kota Pelajar, juga disebut Kota Sepeda.
        Sepulang sekolah biasanya aku singgah ke pasar membantu bulik menyimpan
        barang dagangannya dan makan siang. Setelah membantu bulik kadang bersama
        teman  aku  bersepeda  keliling  kota.  Hampir  seluruh  penjuru  kota  sudah
        sempat aku lewati.

        Di kelas 1, semua siswa belajar materi pelajaran yang sama. Kami diwajibkan
        mengikuti  kegiatan  ekstrakurikuler  Kepanduan  yang  sudah  berubah  istilah
        menjadi  Pramuka  dan  memilih  salah  satu  kegiatan  prakarya  yang  berlanjut
        hingga kelas 3. Selama di kelas 1, tidak ada kendala pelajaran yang aku hadapi.
        Aku menempati ranking ketiga waktu naik kekelas 2.

        Di kelas 2, sudah ada penjurusan. Berdasarkan kepada kurikulum “Gaya Baru”
        yang  ditetapkan  sejak  1961.  Ada  4  jurusan,  yaitu  jurusan  BUDAYA  dengan
        titik berat materi pelajaran Bahasa dan Seni, jurusan SOSIAL dengan titik berat
        mata pelajaran Ekonomi dan Kewarganegaraan, jurusan PAS dengan titik berat
        mata  pelajaran  Matematika,  serta  jurusan  PAL  dengan  titik  berat  mata
        pelajaran Pengetahuan Alam dan Kimia. Dengan melihat  nilai rapor, aku diberi
        kesempatan  untuk  memilih  jurusan,  SOS,  PAL,  atau  PAS.  Cita-citaku  ingin
        menjadi IR dan aku merasa mampu sehingga aku memilih jurusan PAS.

        Ternyata yang memilih dan dimasukkan ke kelas 2 PAS hanya 35 orang siswa,
        3  diantaranya  perempuan.  Mereka  adalah  orang  yang  pandai  matematika.
        Hanya  terdapat  35  orang  sehingga  kelas  PAS  hanya  ada  satu.  Kelas  lainnya,
        BUD dua  kelas, SOS dua kelas, dan PAL dua kelas.  Hingga kelas 3, teman

        sekelasku  tidak  berubah.  Oleh  karena  itu,  mayoritas  siswanya  laki-laki  dan
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55