Page 67 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901_tanpa tambahan-1-1-98
P. 67
ini kemudian dilakukan prabakti tersendiri dan sebutannya adalah “monyet
merah”.
Pembersihan personel atau screening itu terus dilakukan sepanjang pendidikan
berlangsung. Hal tersebut dilakukan dengan meneliti file hingga menyelidiki dan
mendatangi orang tua dan sanak saudara Taruna yang terindikasi tersangkut.
Sampai akhir pendidikan ada beberapa orang Taruna lagi yang kemudian
dikeluarkan akibat screening.
Rupa-rupanya, situasi negara saat itu sangat genting. Kekacauan politik ini juga
menyebabkan terjadinya krisis ekonomi. Terjadi inflasi besar-besaran.
Pemerintah melakukan sanering terhadap mata uang, yaitu seribu rupiah
menjadi satu rupiah. Di dalam kampus pun kami merasakan dampaknya.
Ransum kami mengalami penurunan kualitas sehingga banyak Taruna yang
kekurangan gizi. Sampai-sampai di ruang makan dikenal istilah “telur silet”,
“sayur kepala”, dan “makan bubur tambah nasi”. Banyak dari kami yang
menderita beri-beri. Kemudian dilakukan perbaikan dengan menambah extra
fooding, bubur kacang hijau, susu, dan telor setiap tiga hari sekali. Kondisi ini
berlangsung hampir selama satu tahun.
Masa CALON PRAJURIT TARUNA,
Setelah prabakti usai, kegiatan dilanjutkan dengan pendidikan dan latihan yang
sesungguhnya, pendidikan dasar keprajuritan, atau basis militer. Hal tersebut
dilakukan untuk memperoleh kualifikasi sebagai seorang prajurit. Selama dalam
pendidikan dan latihan tahap ini, sebutan untuk kami adalah “Calon Prajurit
Taruna”, Capratar.
Terjadi pergantian komando. Jika selama prabakti komando dipegang Taruna
senior, dibantu personil efektif, maka sejak dimulainya pendidikan dasar militer
di Chandradimuka, Komando dipegang oleh personil efektif dibantu oleh
Taruna senior untuk kegiatan di luar jam dinas. Dua kelompok komando yang
saling mendukung.
Sementara itu, terjadi pergantian Gubernur AMN. Mayjen Soerono diganti
oleh Mayen Ahmad Tahir. Mayjen Soerono diangkat sebagai Pangdam
Diponegoro.
Secara mental dan fisik, melalui kegiatan prabakti, aku sudah siap untuk
menjalani latihan di Chandradimuka ini. Perlengkapan perorangan lapangan
kami ditambah dengan diberi inventaris senjata senapan, merk “Garand”, yang
beratnya lebih dari 1kg dengan nomor seri yang harus dihafal. Senapan itu

