Page 66 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901_tanpa tambahan-1-1-98
P. 66
Kepada kami resmi diberi Nomor Akademi (No AK) yang harus dihafal diluar
kepala selama menjadi Taruna. Setiap laporan dengan menyebut nama, selalu
diikuti dengan menyebut No AK. Aku mendapat No AK, 65343.
Rupanya di tengah masa prabakti, telah terjadi peristiwa politik besar. Terjadi
tragedi Nasional, peristiwa pemberontakan PKI terhadap Pemerintah, yang
dikenal dengan sebutan “G 30 S PKI”, Gerakan 30 September oleh PKI. Berita
tentang peristiwa ini baru kami terima setelah masa prabakti. PKI telah
membunuh jutaan orang, terutama para ulama dan santri, dan puncaknya
adalah penculikan dan pembunuhan terhadap pimpinan dan para petinggi
Angkatan Darat karena menentang rencana PKI yang akan membentuk
Angkatan Kelima.
Angkatan Kelima yang akan dibentuk PKI adalah pasukan buruh dan tani yang
dilatih dan dipersenjatai layaknya tentara. Hal tersebut dilakukan untuk
mengimbangi AD, AL, AU, dan AK dalam upayanya untuk mengambil alih
pemerintahan Soekarno. Konon kabarnya PKI telah mendapatkan kiriman
sejumlah senjata dari China secara ilegal.
Para pejabat dan petinggi AD yang menjadi korban kekejaman PKI, yang
jenazahnya dilemparkan ke dalam sumur tua di kampung Lubang Buaya, Jakarta
Timur, kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi. Mereka adalah,
MenPangAD Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen MT Haryono,
Mayjen S Parman, Brigjen DI Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomiharjo, dan
Lettu Czi Piere Andreas Tendean. Jenderal AH Nasution juga menjadi sasaran
pembunuhan berhasil lolos karena ajudan beliau, Lettu Czi Piere Tendean,
yang dalam cuaca gelap mengaku sebagai beliau.
Selain 7 orang petinggi AD yang dibunuh di Jakarta, ada 2 orang petinggi AD
yang juga menjadi korban pembunuhan di Jogjakarta yaitu Kolonel Inf
Katamso, Danrem, dan Letkol Inf Soegiyono, Kasrem Jogja. Letkol Soegiyono
adalah warga pedukuhan Gedaren, Sumbergiri dan dimakamkan disana.
Tanggal 30 September, ditetapkan sebagai hari berkabung nasional dan tanggal
1 Oktober sebagai “Hari Kesaktian Pancasila”.
Peristiwa ini sudah difilmkan oleh Arifin C Noor dengan judul “Pengkhianatan
G 30 S PKI”
Untuk membersihkan Lembaga dari Taruna yang terlibat PKI, sewaktu kami
melaksanakan kegiatan prabakti, file riwayat hidup kami rupanya diteliti
kembali. Ternyata ada beberapa calon Taruna yang berindikasi sebagai kader
PKI. Mereka kemudian diamankan dan dikeluarkan. Posisinya digantikan oleh
calon cadangan. Jumlahnya mencapai sekitar 20 orang. Kepada para pengganti

