Page 73 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901_tanpa tambahan-1-1-98
P. 73
7, Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat.
8, Menjadi contoh dan memelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan
rakyat sekelilingnya.
Kini aku telah menjadi seorang prajurit. Mulai saat itu, aku sudah berikrar
untuk menjadi anak negara bahwa aku sudah menyerahkan jiwa ragaku untuk
negara. Kepentingan negara harus lebih diutamakan dari pada kepentingan
pribadi, keluarga, maupun golongan.
Setelah upacara pelantikan, kami diberi kesempatan untuk bertemu dengan
orang tua yang hadir.
Aku tidak mengira bahwa bapak dan simbok akan hadir pada acara ini. Aku
tidak yakin beliau bersedia dan berani hadir. Namun, aku tetap mencari dan
memandangi tribun di mana para orang tua hadir. Ternyata, bapak terlihat ada
di sana. Tidak sulit menemukan bapak di antara mereka karena pakaian bapak
yang berbeda dari para tamu lainnya. Bapak satu-satunya yang berpakaian
tradisional Jawa, memakai surjan, berbebed kain, dan berblangkon didampingi
mas Yahyo. Simbok tidak kelihatan ikut hadir.
Aku segera berlari menuju mereka yang tertegun karena tidak mengenali aku.
Bisa jadi karena aku menjadi kurus, hitam, tetapi tegap. Ada rasa haru, bangga,
dan bahagia dimata beliau. Tentu kami bertiga menjadi perhatian sejenak dari
para tamu lain karena pakaian bapak yang sungguh menunjukkan bahwa kami
berasal dari desa, suatu pemandangan yang tidak lazim. Sayang kami hanya bisa
sejenak bertemu sehingga aku belum sempat menceriterakan perjalananku
hingga menjadi Taruna.
Sungguh aku merasa sangat terharu akan kehadiran bapak. Bagi bapak yang
sudah berusia lanjut, perjalanan ke Magelang tentu melelahkan. Inilah pertama
kali bapak pergi jauh, naik kendaraan bis dari Ponjong. Demi melihat anaknya,
bapak sanggup dan berani datang pada upacara wisuda jurit yang megah ini.
Masa PRAJURIT TARUNA,
Setelah menjadi Prajurit Taruna (Pratar), kami tidak lagi dalam Komando
Batalyon Chandradimuka, tetapi di bawah Komando Batalyon Remaja.
Kehidupan kami semakin teratur, dengan jadwal dan disiplin yang tetap ketat.
Mata kuliah dan latihan semakin bervariatif, tetapi belajar di kelas masih lebih
sedikit dibandingkan dengan belajar di lapangan. Kegiatan lari tiap hari tidak
berkurang, bahkan ada istilah baru bagi kami, “orbit”. Orbit yaitu lari
mengelilingi komplek setelah apel malam, layaknya satelit yang mengelilingi

