Page 76 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901_tanpa tambahan-1-1-98
P. 76

terbatas.  Jadi,  pada  dasarnya  Taruna  hanya  boleh  berjalan  kaki  atau  naik
        kendaraan bermotor.
        Tidak ada sanak familiku yang memiliki motor  apalagi mobil sehingga aku tidak
        bisa  mengendarai  motor,  bahkan  memegang  pun  belum  pernah.  Aku  baru
        belajar  mengendarai  motor  setelah  menjadi  Sermatar  atas  budi  baik  teman
        yang sering aku kunjungi apabila pesiar ke Yogyakarta.


        Gambar no 06. Gambar2 setelah menjadi Koptar.

                               Serta beberapa kegiatan taruna.

        Selesai cuti aku kembali ke kampus dengan semangat baru. Sejak saat itu, tidak
        ada pikiran lagi untuk menjadi IR. Aku sudah mantap dan siap untuk meniti
        karier di bidang kemiliteran. Apalagi  pendidikan di AMN bukanlah pendidikan
        militer yang ecek-ecek, tetapi pendidikan untuk menyiapkan pimpinan militer,
        bahkan  pimpinan  nasional  masa  depan.  Orang  tua  sudah  merestui.  Aku
        bertekad untuk dapat menyelesaikan tugas pendidikan dengan baik.

        Setelah  menjalani  masa-masa  pendadaran  dan  latihan  dasar  kemiliteran  di
        Chandradimuka  ini,  aku  memperoleh  pelajaran,  memahami,  dan  menyadari
        akan  kemampuan  diriku,  terutama  kemampuan  fisik.  Kegiatan  dan  latihan
        militer penuh resiko terhadap keselamatan jiwa raga. Aku belajar dari teman-
        teman yang tidak selamat. Ada teman yang dikeluarkan karena cedera. Mereka
        memaksakan diri untuk meraih yang terbaik di luar kemampuannya dan kurang
        berhati-hati.  Aku  bertekad  untuk  berhasil  dalam  kondisi  aman  dan  selamat.
        Oleh  karena itu,  aku  tidak  memaksakan diri,  tidak ngoyo,  yang  penting  aku
        tidak tertinggal dari teman-teman. Aku mengambil sikap,  “sak madyo”, yang
        sedang-sedang  saja,  tetapi  tidak  meninggalkan  jiwa  kompetitif,  pedomanku
        adalah,  “apabila temanku bisa maka akupun harus bisa”.

        Di  tingkat  ini,  pelajaran  militer  tidak  lagi  difokuskan  kepada  kemampuan
        perorangan,  tetapi  sudah  mulai  kerja  sama  kelompok.  Hal  tersebut  dimulai
        dari  dasar-dasar  taktik  dan  teknik  ilmu  keprajuritan,  utamanya  taktik  dan
        teknik kesatuan kecil, serta mahir menembak senapan agar Taruna mempunyai
        kemampuan setingkat Komandan Regu. Sementara itu, mata kuliah umum yang
        diberikan  oleh  para  Dosen  baik  dari  AMN,  maupun  dari  Unversitas  Gajah
        Mada  dan  Universitas  Diponegoro  masih  bersifat  introduksi. Hampir  semua
        disiplin ilmu dalam bidang Politik, Ekonomi, Sosial budaya, bahasa, dan Agama

        diberikan kepada kami dalam bentuk kuliah umum.
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81