Page 77 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901_tanpa tambahan-1-1-98
P. 77
Persoalan berat yang aku hadapi adalah mengatasi rasa mengantuk di kelas.
Maklum kewajiban berlari setelah 7 langkah masih berlaku ditambah lagi ada
mata pelajaran praktek lapangan, berupa olahraga militer, senam balok, senam
senjata, dan renang militer.
Malam Minggu dan hari Minggu serta hari-hari libur nasional, kami
diperbolehkan pesiar dan berkunjung kepada keluarga di Magelang dan
sekitarnya. Banyak Taruna yang mulai berani mecari pos dan introduce untuk
refreshing menghilangkan rasa jenuh dan siapa tahu mendapat gebetan.
“Introduce” adalah istilah untuk menyebut “gadis kenalan”. Aku sendiri lebih
banyak bersantai di chambre, sekali-sekali saja pesiar ke kota. Hal tersebut
biasanya aku lakukan setelah menerima uang saku karena ke kota cukup jauh
dan harus ditempuh dengan berjalan kaki. Bus pesiar baru ada setelah aku
duduk di tingkat 2 dan Lembaga hanya memberikan inventaris sepeda kepada
Taruna yang menjabat sebagai Kelompok Komanmdo (Pokdo).
Menjelang akhir tahun ajaran, sebelum ujian kenaikan tingkat, selalu ada gladi
lapang gabungan semua tingkat, yaitu latihan “Widya Yudha”. Kali ini
mengambil lokasi di daerah Sumowono, di lereng Gunung Sumbing. Semua
Taruna diberi peran sesuai tingkat atau pangkat. Kami tingkat satu diberi peran
sebagai pesuruh, pembawa radio, dan penembak senapan.
Sekembali dari latihan, aku harus mengikuti ujian kenaikan tingkat. Ujian
tertulis meliputi semua materi yang sudah diberikan dan dilanjutkan dengan
beberapa materi yang diujikan dilapangan seperti membaca peta, jalan kompas
siang dan malam, serta menembak senapan, pendalaman dari materi yang
didapat waktu basis. Ujian jasmani masih seperti sebelumnya terdiri dari
halang rintang, lintas medan 5 km, dan renang militer.
Tahap akhir, sebelum wisuda kenaikan tingkat, bagi kami yang tidak perlu
mengikuti ujian ulang diberi penugasan untuk mengenal beberapa Batalyon dan
Kesatuan di Jawa, semacam KKL. Aku mendapat penugasan ke Batalyon
Infantri (Yonif) 330 Dayeuh Kolot, dan ke Koramil Soreang, Bandung. Yonif
330 waktu itu sangat dikenal karena keberhasilannya menangkap
Kartosuwiryo dan gerombolan DI/TII nya di wilayah Gn Guntur.
Sambil mengenalkan gedung bersejarah “Gedung Merdeka”, kami
mendapatkan penjelasan tentang operasi penangkapan Kartosuwiryo yang
dikenal dengan “Operasi Sadaguri” dari Komandan Batalyon, Letkol Inf
Himawan Sutanto. Gedung Merdeka yang berlokasi di Jl Asia Afrika Bandung

