Page 103 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 103
Taruna tetap bertahan.
Sungguh senang amat senang.
Bangun pagi-pagi picu tegang.
Huma huma sa, huma huma sa, humae aeao.
Taruna juga bagian integral atau unsur yang tidak terpisahkan dari
ABRI, tentu tidak terlepas dari jati diri ABRI, yaitu prajurit rakyat.
Prajurit rakyat yang berarti dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Oleh karena itu, Taruna juga dilibatkan dalam berbagai
kegiatan membantu masyarakat yang sedang terkena musibah
melalui bakti sosial. Pada waktu terjadi musibah bencana alam,
tanggul Bengawan Solo jebol. Hal tersebut menyebabkan sebagian
kota Solo terendam, sebagian Taruna yang sudah menyelesaikan
ujian, ditugasi untuk membantu memperbaiki tanggul. Mereka
berkemah di sana selama dua minggu. Banyak Taruna yang
mendapat kenalan dan terpikat gadis-gadis Solo yang terkenal
ramah tamah, gandes luwes, lemah gemulai sehingga berpacaran.
Waktu itu aku tidak ikut ke Solo karena Kompi Lokananta sedang
melaksanakan muhibah ke Surabaya dan Malang atas undangan
Danrem Malang.
Latihan gabungan “Widya Yudha” kali ini mengambil daerah
latihan di pegunungan Dieng. Rupanya setiap latihan Widya Yudha
selalu dicarikan medan yang berbeda-beda, yang mempunyai
tingkat kesulitan tertentu untuk melatih berbagai kemampuan
Taruna. Kini jabatan kami dalam Latihan adalah sebagai Danru dan
setingkat, tidak lagi menjadi pesuruh, menggendong PRC 77, atau
landasan mortir.
Selama di tingkat dua, hari-hari pesiar ditambah, bukan hanya
malam Minggu, hari Minggu dan hari libur, tetapi juga malam
Kamis. Meskipun tetap hanya dalam Garnizun Magelang. Pada hari
atau acara tertentu, di kampus juga diadakan malam gembira, di
mana para Sertar dan Sermatar diizinkan untuk mengajak
introduce ikut hadir. Hal tersebut membuat suasana semakin
semarak dan asyik. Biasanya acara seperti ini dimeriahkan dengan

