Page 119 - Draft Revisi BUKU TJ Reviu Bu Ning PR Ok_Kirim Pak Unan_18 Des 2024
P. 119
Permusyawaratan Rakyat, DPR, Dewan Perwakilan Daerah, dan/atau
Presiden”.
Pada praktiknya sebagian besar perkara pengujian undang-undang di
Mahkamah Konstitusi selalu melibatkan Presiden/pemerintah untuk dimintai
keterangannya. Walaupun begitu, untuk beberapa permohonan dan Mahkamah
Konstitusi berpendapat permasalahan yang dimohonkan sudah cukup jelas,
persidangan dilakukan tanpa menghadirkan pembentuk undang-undang dan
pihak terkait dalam sidang pleno.
Pelibatan Presiden dalam perkara pengujian konstitusional ini didasarkan pada
beberapa pertimbangan antara lain:
1. karena undang-undang yang diuji dibuat Dewan Perwakilan Rakyat bersama
Presiden;
2. pada praktiknya Presiden berperan penting dalam proses perencanaan,
penyusunan, pembahasan, dan pengundangan suatu undang-undang.
Sejauh ini presiden juga lebih banyak berinisiatif dalam penyusunan
rancangan undang-undang yang disebabkan antara lain karena adanya
kebutuhan riil dalam penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena itu,
Presiden dianggap mengetahui latar belakang, maksud dan tujuan
dibentuknya undang-undang.
3. Presiden merupakan pemegang kekuasaan eksekutif yaitu pelaksana
undang-undang sehingga dianggap perlu untuk memberikan keterangan
terkait implementasi dari undang-undang yang menjadi pokok permohonan.
Dalam hal Mahkamah Konstitusi perlu memanggil Presiden untuk dimintai
keterangannya, Presiden dapat memberikan kuasa kepada pejabat pemerintah
di bawahnya.
Berdasarkan Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 2 Tahun 2021 tentang Tata
Beracara Dalam Perkara Pengujian Undang-Undang, Mahkamah Konstitusi
telah membuka kesempatan bagi Presiden untuk tidak hadir sendiri di
persidangan. Pasal 53 ayat (2) dan ayat (3) berbunyi: Presiden dapat memberi
kuasa kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum, menteri, dan/atau pejabat setingkat menteri dengan hak substitusi.
119