Page 192 - Draft Revisi BUKU TJ Reviu Bu Ning PR Ok_Kirim Pak Unan_18 Des 2024
P. 192

undangan  di  bawah  undang-undang  tanpa  terlebih  dahulu  ada  pengaturannya  di

               undang-undang?


                     Jawaban:
                     Pada  dasarnya  sanksi  administratif  tidak  dapat  dirumuskan  dalam  peraturan

                     perundang-undangan  di  bawah  undang-undang  tanpa  diatur  terlebih  dahulu

                     dalam  undang-undang.  Pengaturan  yang  memberikan  beban  kepada
                     masyarakat harus disetujui Dewan Perwakilan Rakyat.


                     Dalam hal undang-undang tidak mengatur (diam), tidak lengkap, atau tidak jelas

                     mengatur mengenai sanksi administratif, tetapi diperlukan dalam rangka:

                     a.  melancarkan penyelenggaraan pemerintahan;
                     b.  mengisi kekosongan hukum;

                     c.  memberikan kepastian hukum; dan
                     d.  mengatasi  stagnasi  pemerintahan  dalam  keadaan  tertentu  guna

                         kepemanfaatan dan kepentingan umum;
                     maka  Sanksi  administratif  dapat  dirumuskan  dalam  peraturan  perundang-

                     undangan di bawah undang-undang tanpa terlebih dahulu ada pengaturannya di

                     undang-undang.


               Pertanyaan 191
               Apakah  suatu  pelanggaran  ketentuan  yang  bersifat  administratif  dapat  dikenakan

               sanksi pidana?


                     Jawaban:

                     Ketentuan  yang  bersifat  administratif  tidak  diperbolehkan  mengandung  delik
                     pidana  sehingga  tidak  dapat  dikenakan  sanksi  pidana.  Namun,  terhadap

                     pelanggaran norma perintah atau larangan dalam ketentuan administratif dapat

                     dikenakan  sanksi  pidana  jika  perbuatan  tersebut  telah  menimbulkan  akibat
                     hukum kerugian misal “hilangnya nyawa orang, kerugian pada semua orang, dan

                     lain-lain”. Selain itu, Remmelink mengingatkan bahwa “pidana” adalah dan akan
                     tetap harus dipandang sebagai ultimum remedium.






                                                                                                      192
   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197