Page 52 - SEMANTIK
P. 52
Adanya peribahasa Dalam laut dapat diduga, dalam
hati siapa tahu dapat digunakan untuk melacak hubungan
itu sehingga sampai pada suatu kesimpulan kedua kata
itu pada mulanya berpolisemi. Kata diduga yang secara
sinkronis bermakna ‘dikira, ditafsir, dsb.’ secara diakronis
mungkin bermakna ‘diukur dengan batu duga’. Kata ketam
yang bermakna ‘sebangsa atau sejenis kepiting’ berhomonim
dengan kata ketam ‘nama perkakas tukang kayu, atau tukang
pangkas rambut’.
Dilihat dari bentuknya, besar kemungkinan satu nama
lain berhubungan sehingga merupakan pasangan yang
berpolisemi. Kata kuda-kuda dengan kuda ‘sejenis binatang
berkaki empat untuk pacuan dan penghela delman, dsb.’
adalah contoh yang lainnya.
Adalah tantangan yang sangat berat bagi ahli-ahli
etimologi bahasa Jawa untuk membuktikan apakah kata randa
dan naga, serta mesem yang secara berturut-turut bermakna
‘janda’ dan sebangsa ular besar di dalam mitologi’ memiliki
hubungan makna secara diakronis dengan randa dan naga
yang terdapat dalam nama-nama makanan randa royal, naga
sari, dan randa kemul, serta semar mesem. Secara sinkronis
kata-kata ini memang sudah dianggap tidak berhubungan.
5. Pengaruh Bahasa Asing
Masuknya konsep-konsep asing (bahasa lain) seringkali
pula mengakibatkan perubahan makna kata-kata bahasa
yang dipengaruhinya. Di dalam bahasa Indonesia, kata ranjau
yang bermakna primer ‘sebilah bambu yang ditajamkan dan
dipasang untuk jebakan’ karena masuknya konsep asing, yakni
bom, dan konsep ini tidak ada di dalam bahasa Indonesia,
kata ranjau kemudian memiliki makna baru. Untuk ini, dapat
I Dewa Putu Wijana 41
Muhammad Rohmadi