Page 81 - SEMANTIK
P. 81
terhadap dunia. Asumsi-asumsi inilah, dan bukannya
keadaan dunia yang sebenarnya, yang mempengaruhi
interpretasi terhadap sebuah tuturan. Konteks dalam
hal ini tidak terbatas pada informasi tentang lingkungan
fisik, yakni tuturan yang langsung mendahuluinya:
harapan-harapan terhadap sesuatu yang akan terjadi,
dugaan-dugaan ilmiah, keyakinan religius, pengalaman-
pengalaman lucu (menggelikan), asumsi-asumsi kultural,
dan keyakinan terhadap keadaan mental penutur,
kesemuanya berperan dalam penafsiran).
Karena terjadinya proses disambiguasi yang secara
serta merta di dalam pertuturan kata beruang , bisa, dan
kancil dalam kalimat (37), (38), dan (39) berikut tidak bersifat
taksa atau salah diinterpretasikan oleh lawan bicara:
1) Hari ini mereka akan berburu beruang.
2) Ular adalah binatang yang berbisa, sedangkan
badak adalah hewan bercula.
3) Orang itu benar-benar kancil.
Kata beruang dalam (37) bermakna ‘sejenis binatang’
bukan ‘mempunyai uang’ karena berdasarkan latar belakang
pengetahuan orang hanya dapat berburu binatang, atau
dalam konteks ini hanya kata beruang yang bermakna
‘sejenis binatang’-lah yang beralokasi dengan kata berburu.
Demikian pula kata bisa dalam (38) pasti bermakna ‘racun’
tidak mugkin bermakna ‘dapat’ karena kolokasinya dengan
ular. Kata kancil dalam (39) tentu bukan binatang kancil yang
sebenarnya, tapi menunjuk sifat-sifat binatang itu, seperti
cerdik, banyak akal, dsb.
Ketaksaan merupakan elemen yang sangat penting
di dalam suatu bahasa, dan digunakan untuk berbagai
SEMANTIK
70 Teori dan Analisis