Page 30 - Kajian Akademik Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran
P. 30
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA
Merdeka. Diantaranya adalah penguatan perubahan kebijakan, kadang penolakan
literasi dasar di PAUD dan SD kelas awal. terhadap kebijakan tersebut terjadi karena
Kebijakan ini diteruskan, dan beberapa masalah guru tidak memahami arah perubahannya
pembelajaran literasi dini (early literacy) dicoba atau menganggapnya terlalu sulit untuk
untuk diatasi melalui penguatan kegiatan diimplementasikan dalam konteks mereka.
bermain-belajar berbasis buku bacaan anak. Oleh karena itu, konteks dan situasi di mana
Selain itu kebijakan yang dikuatkan terus kurikulum tersebut akan diimplementasikan
adalah penguatan literasi teknologi, literasi adalah informasi yang sangat berharga bagi
finansial, kesadaran kondisi lingkungan, perancang kurikulum.
penguatan pembelajaran sesuai minat, bakat,
dan aspirasi di jenjang SMA, serta penguatan Beragam dukungan dan bantuan untuk
pelajaran Bahasa Inggris di jenjang SD. mengimplementasikan kurikulum perlu
disediakan, terutama ketika perubahan
Dalam kajianya tentang implementasi kurikulum kurikulum cukup kompleks. Sebagai contoh,
baru di beberapa negara berkembang di kurikulum operasional yang digunakan
Asia dan Afrika, Rogan (2003) menyatakan satuan pendidikan dikuatkan kembali dalam
bahwa inovasi baru yang diperkenalkan Kurikulum Merdeka. Kurikulum 2006 atau
sebaiknya tidak terlalu jauh dari kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yang ada saat ini, masih berada dalam apa juga menekankan pentingnya pengembangan
yang disebut Rogan sebagai “zone of feasible kurikulum yang lebih konkrit dan operasional
innovation” atau zona di mana suatu inovasi di setiap satuan pendidikan. Namun demikian,
masih memungkinkan untuk diterapkan. kebijakan tersebut kemudian digantikan
Perubahan yang tidak drastis akan membantu oleh Kurikulum 2013 berdasarkan evaluasi
memudahkan proses implementasi atau bahwa banyak sekolah di Indonesia kesulitan
proses belajar guru. Prinsip ini juga membantu dalam mengembangkan kurikulum yang
perancang untuk mengidentifikasi lebih jeli otentik (Kemendikbud, 2019). Hal ini cukup
tentang apa yang sebenarnya memang perlu disayangkan mengingat untuk negara besar
diubah, sebelum menawarkan ide-ide baru dan beragam seperti Indonesia, kurikulum
dalam perancangan kurikulum. operasional yang cenderung seragam untuk
semua satuan pendidikan tidak sesuai. Bahkan
Rancangan yang logis dan jelas juga di banyak negara yang lebih kecil seperti
merupakan hal yang penting untuk memastikan Finlandia dan negara-negara eropa lainnya
bahwa rancangan kurikulum cukup sederhana pun arah kebijakannya adalah desentralisasi
untuk dipahami dengan mudah terutama pengembangan kurikulum (OECD, 2020b;
oleh pemangku kepentingan yang utama, UNESCO, 2017a).
yaitu guru. Fullan (2007) menyatakan bahwa
kejelasan (clarity), kompleksitas (complexity), Oleh karena itu, ketika kurikulum operasional
dan kepraktisan (practicality) suatu inovasi ini kembali dikuatkan dalam Kurikulum
merupakan bagian dari faktor yang menentukan Merdeka, Pemerintah perlu memberikan
keberhasilan perubahan pendidikan. bantuan kepada satuan pendidikan agar
Menurutnya, meskipun guru sudah memahami mereka dapat mengembangkannya. Bantuan ini
adanya masalah yang perlu diatasi melalui dapat diberikan dengan memberikan beberapa
30