Page 213 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 213
pengkajiannya terhadap konteksnya, ternyata Al-Qur’an
}
sangat disiplin dan tepat mengggunakan lafaz-lafaz}nya
berdasarkan konteks yang telah ditentukan. Dengan
maknanya yang sangat tepat pula menjadikan seseorang
tidak mudah menggantikan posisi suatu lafaz} dengan lafaz}
yang lainnya. Seperti yang diungkapkan pula oleh ahli
bahasa klasik yaitu Ibnu Anba>ri>. 305
3. Penafsiran Al-Qur’an lebih Obyektif dan Rasional.
Lebih obyektif dan rasional karena penafsiran yang
dilakukan lebih didominasi oleh metode tafsir al-Qur’an bi
al-Qur’an dan menjadikan teks Al-Qur’an lebih
kontekstual dengan kondisi kekinian. Di mana posisi
penalaran seorang mufasir tidak banyak terlibat dalam
memberikan dan menentukan makna. Karena seorang
mufasir hanya bertugas mengumpulkan dan menganalisa
semua ayat yang berhubungan satu dengan yang lainnya
dan memberikan suatu kesimpulan. Sesuai dengan
ungkapan Yusuf Qardawi, bahwa sebuah tafsir dikatakan
lebih representative jika memandang Al-Qur’an sebagai
suatu bagian dengan bagian lainnya saling membenarkan
dan saling menafsirkan. Ayat-ayat Al-Qur’an harus
dikomfirmasikan satu dengan yang lainnya, sehingga
305 Ibnu Anba>ri> mengatakan bahwa setiap kata yang menunjuk kepada
suatu referen pasti meangandung sebab-sebab atau illat
tertentu yang menyebabkan kata itu ditetapkan dan diucapkan
untuk menunjuk pada referen tersebut. Lihat M. Nuruddin al-
Munajjad, al-Taradu>f fi> al-Qur’a>n…hlm. 40-41.
199