Page 214 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 214

menghasilkan  tafsiran  yang  sempurna  dan  mudah
            dipahami.  306

                 4. Pendekatan Saintific  yang terlalu dipaksakan.

                   Syahru>r terkesan memaksakan suatu teori keilmuan
            untuk diterapkan dalam Al-Qur’an.  Melihat basic  Syahru>r
            sebagai  ahli  sains  dan  sangat  rasional  dan  logik,  maka
            sangat wajar memberikan pemikiran dalam bentuk logika
            ilmiah.  Memang  logika  ilmiah    masih  dibutukan  pada
            zaman  sekarang  ini,  namun  ketika  logika  ilmiah
            dihadapkan  pada  ayat-ayat  eskatologis,  Muhammad
            Syahru>r  terkesan    terlalu  memaksakan  kehendak.  Pada
            kenyataannya  sebuah  teori  bisa  salah  dan  bisa  benar,
            sehingga ketika penerapannya gagal, bukan berarti harus
            dipaksakan dan tidak sampai mengatakan Al-Qur’an yang
            salah, kan tetapi teori tersebut yang harus dikaji kembali.


                 5. Penafsiran  yang  arbitrer untuk  mendukung dan

                   melegitimasi teorinya.
                   Menurut  sebagian  ahli  ketika  memperhatikan
            pemikiran  Syahru>r,  terkesan  bersikap  arbitrer dalam

            menafsirkan  ayat-ayat  Al-Qur’an.  Sehingga  suatu  ayat
            tertentu  dapat  ditundukkan  untuk  mendukung    dan
            melegitimasi  teori-teori  yang  dirintisnya.  Seperti  dalam
            menggunakan  pendekatan  linguistic  strukturalis  dengan
            analisis  sintagmatis-paradigmatis  yang  diramu  dengan



            306   Yusuf  Qardawi,  Berintraksi  Dengan  Al-Qur’an, Jakarta:  Gema

                  Insani Press, 1999, hlm. 316.
                                       200
   209   210   211   212   213   214   215   216   217   218   219