Page 209 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 209
ۤ
ۚ
ْ
ٍ رْمَا ل ك ْنِم ْمه ِ ب َ ر ِ نذِا ِ ب اَهْيِف ح ْ و ُْ رلا َ و ةَك ىلَمْلا لَّزَنَت
ِ
ِ
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan
Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk
mengatur segala urusan”.(al-Qadr: 4).
Ayat di atas mejelaskan proses tanzi>l atau
turunnya Malaikat ketika membawa wahyu, namun
kehadiran Malaikat dirasakan lewat suara yaitu
suara lonceng dan ini di luar kognisi Nabi
Muhammad, sehingga beliau merasakan sakit yang
sangat dan kedinginan setelah menerima wahyu
tersebut. Kemudian ayat yang mengatakan
“tanazzal al-mala>ikat wa ar-ruh” di mana ruh
dimanifestasiakan ke dalam dunia pikiran (emosi),
sementara nafs dalam wujud eksternal, Sehingga
dalam proses “tanazzal mala>ikat” menggambarkan
sebuah kerja sama antara ruh Malaikat yang
sifatnya abstrak dan nafs Nabi yang sifatnya
kongkrit dalam kasus wahyu.
Karena Allah Swt. telah memilih hamba-
Nya yang terpilih untuk menerima wahyu
sebagaimana ayat di atas, maka hanya hamba-Nya
yang terpilih saja yang akan merasakan turunnya
Malaikat. Sehingga dalam kontek wahyu (tanzzal
mala>ikat) Malaikat turun serta mendatangi Nabi
untuk menyampaikan risalah langit dengan
menampakkan dirinya dengan berbagai bentuk
yang berbeda. Salah satunya ketika Nabi
Muhammad Saw. menerima wahyu dari Malaikat
195