Page 215 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 215

teori-teori sains modern. 307  Sehingga tidak heran jika Nasr
            Hamid  Abu>  Zayd  mengatakan  bahwa  pemikiran
            kontemporer  Syahru>r  sebagai  pembacaan  yang  kental
            dengan     ideologis    dan    tendensius    (talwi>niyyah
            mughrid}ah). 308

                 6. Peniadaan konteks sejarah (asbab an-nuzu>l).

                   Ketika  mayoritas  ulama   seperti  Fazlur  Rahman
            mengatakan bahwa teks Al-Qur’an tidaklah otonom dalam
            arti  tidak  mungkin  bisa  dipahami  dengan  baik  tanpa
            mempertimbangkan konteks sejarah (asbabu an-nuzu>l). hal
            ini berangkat dari kenyataan bahwa Al-Qur’an tidak turun
            sekaligus,  akan  tetapi  berangsur-angsur  sesuai  dengan
            konteks  kebutuhan  situasi  dan  kondisi.   309   Namun
            sebaliknya  dengan  Syahru>r  dengan  mengadopsi  teori
            komposisi (an-nazham) dari al- Jurja>ni>. Menurut teori ini,
            tidak ada unsur sekecil apapun dan apa yang tampak tidak
            penting sama sekali yang boleh diabaikan, karena itu dapat
            menyebabkan  kesalahan  fatal  dalam  memahami  struktur
            maknanya. Oleh karenanya, hal yang terpenting menjadi
            pertimbangan dalam memahami Al-Qur’an adalah struktur
            linguistiknya. 310




            307  Abdul Mustaqim, Epistimologi Tafsir Kontemporer  …, hlm.6-7.
            308  Abdul Mustaqim, Epistimologi Tafsir Kontemporer  …, hlm. 7.
            309  Abdul Mustaqim, Epistimologi Tafsir Kontemporer  …, hlm.  160.
            310  Andreas  Chrisman,  The  Form  is  Permanent,  but  The  Content
                  Moves; The Qur’anic Text and Its Intepretation in Mohamad
                  Shahrour’s  al-Kita>b  wa  al-Qur’an dalam  Taji  Farouki  (ed)
                                               ,
                                       201
   210   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220