Page 220 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 220
Swt sangat teliti dalam memilih diksi kata-katanya.
Tidak ada satu kata pun yang dapat tergantikan oleh
kata yang lain tanpa mengubah makna atau
mengurangi kekuatan dari pada ungkapan bentuk
linguistik ayat. Sehingga Syahru>r berupaya
menemukan nuansa makna terhadap istilah-istilah
yang dianggap sinonim. Pemikiran terkait penolakan
Syahru>r terhadap sinonimitas terpengaruh oleh para
ahli bahasa klasik seperti Ibnu Fa>ris, ahli linguistik
Arab yang juga menolak teori sinonimitas dengan
pernyataannya:
“ Ma> yuzhannu fi> ad-dira>sah al-lughawiyyah min al-
mutara>difa>t huwa min al-mutaba>yina>t ( apa yang
dianggap sebagai kata-kata yang sinonim dalam kajian
bahasa, sebenarnya ia tidak benar-benar sinonim, akan
tetapi ada perbedaan aksentuasi makna tersendiri)”.
2. Adapun bentuk aplikasi teori Asinonimitas
}
Muhammad Syahru>r terhadap lafaz-lafaz} yang penulis
jadikan sampel dalam kajian ini, yaitu:
a. Antara lafaz} kita>bah dengan fari>dah
Lafaz} kita>bah dan lafaz} fari>dah merupakan
ungkapan (siga>h) yang dipakai pada sarana
pengajaran dan taklif (pembebanan) dalam
penyampaian perintah dan larangan dalam Al-
Qur’an. Sehingga Syahru>r tidak sepakat ketika
firman Allah Swt.” kutiba ‘alaikum al-shiya>m”
sama dengan “ qad farada Alla>hu lakum tahillata
aima>nikum”, Sehingga keduanya memiliki
206