Page 94 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 94

warisan  ulama  sebelumnya,  dan  fase  ini  juga
                     merupakan peletakan awal atau dasar metodologi
                     dalam  mengkaji  Al-Qur’an,  di  antaranya  dalam
                     memahami kata kunci seperti: az-zikr, al-risalah
                     dan an-nubuwah.  141

                           Pada fase ini Syahru>r merasa dirinya kurang
                     produktif,  disebabkan  dia  merasa  belum  bisa
                     melepaskan dogma-dogma atau kerangka berfikir
                     yang  diwarisi  dalam  madzhab  atau  aliran
                     pemikiran sebelumnya, yang masih menganggap
                     warisan  sebagai  sebuah  dogma  ajaran  yang
                     final. 142

                           Pada  fase  ini  rupanya  Syahru>r  ingin
                     melakukan revolusi pemikiran dalam menafsirkan
                     Al-Qur’an  dan  tidak  lagi  berpijak  pada  metode
                     yang  lama,  melainkan  berpijak  pada  teori  yang
                     baru.Hal ini tidak mungkin terjadi apabila Syahru>r
                     tidak  berari  bergeser  dari  teori  atau  epistem
                     lama, 143   oleh  karena  itu  kemudian  Syahru>r
                     mencoba untuk keluar dan membebaskan diri dari
                     cengkrama     madzhab     yang     telah   lama
                     membelenggu      dan    mencoba     merumuskan
                     metodologi  pembacaan  Al-Qur’an  yang  benar
                     benar baru yang belum ada sebelumnya.


            141 Muhammad Syahru>r, Al-Kita>b wa Al-Qur’a>n, hlm. 46.
            142 Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer, hlm. 103.
            143 Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer, hlm. 103

                                        80
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99