Page 99 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 99

Hadis}, penggunaan akal atau rasio harus sesuai dengan Al-
            Qur’an  dan  teks  hadits  yang  sahih. 150   Sehingga  cara
            berfikir  mereka  sangat  deduktif  dan  bayani.  Akal  hanya
            berfungsi sebagai alat pendukung saja.

                    Aliran  konsevatif  ini  sesungguhnya  adalah
            perpanjangan  dari  pemikiran  tokoh-tokoh  sebelumnya
            yang muncul di era klasik, seperti Ahmad bin Hanbal, Daud
            adz-Dzahiri. Kemudian pemikiran ini dilanjutkan lagi oleh
            Ibn  Taimiyyah,  Abu  A’la>  al-Mawdu>di,  Sayyid  Qutub,
            demikian  pula  para  penentang  pemikiran  Muhammad
            Syahru>r  yaitu,  Sali>  al-Ja>bi,Na’i>m  al-Ya>fi,  Syauqi  Abu>
            Khalil. 151

                    Kedua,  aliran  progresif. 152   Sebuah  aliran  yang
            menyerukan  sekularisme,  153   modernisme,  dan  menolak
            semua warisan Islam, termasuk Al-Qur’an sebagai bagian


            150 Abdul Mun’im al-Hifni, Mausu>’ah al-Furuq wa al-Jama>’ah…hlm.
                  246.
            151 Mahir Munajjid, al-Isyka>liyyat al-Manhajiyyah, hlm. 160.
            152 Sebuah istilah yang dimuunculkan oleh Hassan Hanafi, kemudian
                  Syahru>r menyebutnya dengan istilah “Sekularis Islam”.
            153 Sekularisme  merupakan  sebuah  gerakan  yang  menyeru  kepada
                  kehidupan  duniawi  tanpa  campur  tangan  agama.  Gerakan
                  sekularisme  tumbuh  di  Eropa,  dan  berkembang  ke  seluruh
                  penjuru dunia seiring dengan pengaruh penjajahan, kristenisasi
                  dan  komunisme.  Banyak  faktor  yang  mengakibatkan
                  tersebaranya gerakan ini, baik sebelum dan sesudah meletusnya
                  revolusi  Perancis  pada  tahun  1799  M.  Lihat  A.  Najiyullah,
                  Gerakan  Keagamaan  Dan  Pemikiran;  Akar  Ideologis  dan
                  Penyebarannya,  cet. Ke-6, Jakarta Timur: Al-I’tishom Cahaya
                  Umat, 2008, hlm. 281.

                                        85
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104