Page 95 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 95
Adapun dalam melakukan kegiatan
eksegetik, menurut Syahru>r umat islam saat ini
tidak harus terkungkung oleh hasil penafsiran para
mufasir masa lalu, karena hanya merupakan
produk historis yang mungkin tidak sesuai lagi
dengan masa kini. Dia bahkan mengatakan : “kita
harus bersikap seakan-akan kita baru saja
menerima Al-Qur’an langsung dari Nabi
Muhammad Saw”. 144 Kata ini memberikan pesan
bahwa kita harus aktif dalam menggali pesan Al-
Qur’an sebagaimana aktifnya Nabi ketika
membimbing umatnya.
b. Fase Pengembangan (1980-1986)
Nampaknya perhatian Syahrūr terhadap
bidang teknik tidak menghalanginya untuk
mendalami disiplin ilmu yang lain semisal filsafat,
pada fase ini ditandai terutama melalui
perjumpaannya dengan Ja’far Dek al-Bab –rekan
sealmamater di Syiria dan teman seprofesi di
Universitas Damaskus. Perjumpaannya telah
memberi arti yang cukup berarti dalam
pemikirannya yang kemudian tertuang dalam
144 Abdul Mustaqim et al ,Studi al-Qur’an Kontemporer, Abdul
Mustaqim dan Sahiron Samsudin (ed.),Yogyakarta:PT.Tiara
Wacana Yogya,2002, hlm.137.
81