Page 104 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 104
Kemudian dilakukan sebuah peninjauan atas persoalan
secara ontologis, yaitu suatu penyelidikan terhadap sifat
dan realitas penafsiran dengan refleksi rasional dan
analisis sintesis logik. 162
Untuk menyingkap hakikat sebuah tafsir, maka
digunakan beberapa teori atau paradigma, yaitu:
Pertama, paradigma teknis, 163 di mana hakikat
tafsir merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang teknis
}
dan tata cara menngucapkan lafaz-lafaz} Al-Qur’an,
kemudian apa saja yang menjadi makna-makna yang
terkandung serta hukum-hukum lafaz} baik ketika berdiri
sendiri maupun ketika telah tersusun dalam suatu kalimat,
serta hal-hal lain yang menjadi pendukung dari
kesempurnaan dari sebuah penafsiran. Seperti ilmu Asba>b
an-Nuzul, Na>sikh Mansu>kh, dan lain-lain. 164
Kedua, paradigma fungsional, menjelaskan hakikat
tafsir yaitu sebuah ilmu yang digunakan untuk memahami
Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
dengan menjelaskan makna-maknanya, hukum serta
hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya. Paradigma
163 Muhammad Yusuf, et al, Studi Kitab Menyuarakan Teks Yang Bisu,
Yogyakarta: TH Press, 2004, hlm. x. dalam buku ini Hamin
Ilyas merumuskan tiga paradigm dalam memetakkan
perkembangan tafsir di era pra modern, yaitu paradigma teknis,
paradigma akomodasi dan paradigma takwil.
164 Adz-Dzahabi, At-Tafsi>r wa al-Mufassirun , Juz 1, Kairo: t.p. 1979,
hlm. 14-15. Yang mengutip pendapat Abu> Hayyan al-Andalu>si
dalam kitab Bahr al-Muhith yang menjelaskan tentang hakikat
tafsir.
90

