Page 105 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 105
ini sesungguhnya menginginkan Al-Qur’an itu berfungsi
sebagai petunjuk bagi manusia dengan pijakan dasar
tafsirnya seperti ilmu bahasa (nahwu, sharf,balaghah),
165
ush}ul fiqh dan ilmu –ilmu lainnya.
Ketiga, paradigma akomodatif, yaitu sebuah
paradigma yang memberikan gambaran hakikat tafsir
sebagai suatu ilmu yang mengkaji tentang Al-Qur’an dai
sisi dala>lah-nya untuk memahami maksud dan tujuan dari
firman Allah swt., sesuai dengan usaha dan batas
kemampuan manusia dalam memahaminya. 166
Hakikat tafsir yang dikemukakan oleh para ulama
masih sangat banyak selain dari tiga teori atau paradigma
yang dikemukakan sebelumnya.Akan tetapi oleh Khali>d
Ibn ‘Utsman dan Adz-Zahabi> mempersempit makna
hakikat tafsir menjadi ilmu yang mengkaji kompleksitas
Al-Qur’an dalam rangka memahami firman Allah sesuai
dengan kemampuan manusia. 167
Seorang mufassir sesungguhnya memberikan
sebuah pemahaman arti dari firman Allah sesuai dengan
165 Muhammad Ibn Bahadi>r Ibn Abdulla>h az-Zarkasyi>, Al-Burhan Fi>
‘Ulu>m Al-Qur’a>n , juz I, Beirut: Da>r al-Ma’rifah, 1391 H, hlm.
13. Demikian juga As-Suyu>thi, Al-Itqa>n Fi> ‘Ulu>m Al-Qur’a>n,
juz II, Beirut: Da>r al-Fikr, t.t, hlm. 179.
166 Az-Zarqa>ni, Mana>hil al-‘Irfa>n yang dikutip oleh Muhammad Ali>
Ash-Sha>buni dalam At-Tibya>n Fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, Beirut:
‘Alam al-Kutub, 1985, hlm. 65-66.
167 Adz-Dzahabi, At-Tafsi>r wa al-Mufassirun , Juz 1, Kairo: t.p. 1979,
hlm. 15. Lihat juga Khali>d Ibn ‘Utsma>n, Qawa>’id at-Tafsir;
Lam’an wa Dira>satan, juz I, Mamlakah as-Sa’u>diyyah: Da>r Ibn
Affa>n, 1997, hlm. 29-30.
91