Page 196 - hujan
P. 196
an.
Mereka kembali ke hotel menumpang taksi berwarna biru.
”Apakah kamu bisa terbang?” Maryam kembali bertanya—siapa tahu yang satu
ini bisa disuruh terbang. Dia ingin sekali me rasakan mobil terbang. Di kota
mereka teknologi ini belum ter sedia banyak, hanya keluarga tertentu yang punya
mobil ter bang.
” Tentu saja, Nona. Semua mobil keluaran terbaru memiliki Jtur itu.” Jawaban
yang sama.
” Bagus. Sekarang kamu terbang, aku memerintahkanmu.”
” Nona, aku harus memperingatkan, memaksa mobil taksi untuk terbang
adalah tindakan pelanggaran protokol keselamatan penumpang. Ini sudah dua
kali Nona melakukannya delapan jam terakhir.”
” Hei! Hei, bagaimana kamu tahu? Kamu bukan mobil yang kunaiki
sebelumnya, kan?”
”Seluruh mobil taksi tersambung dalam sistem yang sama. Kami mengenali
setiap penumpang. Sekali lagi Nona memaksa mobil taksi untuk terbang, kami
akan membawa Nona menuju kantor keamanan kota.”
Maryam langsung terdiam.
Lail tertawa.
” Mobil-mobil ini sama sekali tidak punya selera humor,” Maryam berbisik
kesal.
***
Hari wisuda tiba. Lail dan Maryam bangun pagi-pagi, bersiap-siap.
Masalah gaun itu ternyata ada solusinya, tanpa sengaja ditemu kan oleh
Maryam yang sedang mengutak-atik setting kamar, pe lampiasan tadi malam
setelah bertengkar dengan taksi. Mesin pintar di dalam kamar memberitahukan
informasi tentang pakaian yang bisa dipinjam dari layanan kamar hotel, dengan
membayar biaya sewa.
Itu brilian. Maryam tertawa, segera memilih dari layar sentuh ber bagai jenis
gaun yang cocok untuk mereka berdua, memilih warna, memasukkan data