Page 203 - hujan
P. 203
nyapa duluan? Saat dia tidak mengajakmu bicara, kenapa kamu tidak bicara
duluan? Kenapa membiarkan Claudia melaku kannya?”
Tapi kenapa Esok tidak memilih duduk di sebelahku? Lail me nunduk, bertanya
dalam diam.
Lengang sejenak. Mobil terus melaju. Maryam mengembuskan napas.
” Itu karena Claudia lebih dulu meminta Esok duduk di se belah nya. Dia ingin
bicara dengan kakak angkatnya. Bukan ha nya kamu yang tidak bertemu Esok
setelah dua tahun. Urusan ini... Bukankah aku sudah berkali-kali bilang, kamu
tidak ada apa-apanya dibanding Claudia. Gadis itu cantik, baik hati, dan sangat
supel. Bagaimana kamu akan bersaing mengambil per hatian Soke Bahtera, jika
bahkan sebelum melakukannya, kamu sudah mundur lebih dulu. Cemburu.
Merajuk memutus kan pergi. Membuat bingung semua orang.”
Lail tetap diam.
” Esok memperhatikanmu, Lail. Bahkan saat kamu tiba-tiba meninggalkan
restoran. Aku berani bertaruh, Esok ingin sekali mengantarmu agar bisa
beristirahat. Aku melihat eskpresi wajah nya, dia cemas. Tapi dia tidak bisa
meninggalkan restoran. Itu acara perayaan wisudanya. Bagaimana mungkin
makan siang akan dilanjut kan jika orang yang sedang dirayakan pergi berdua-
duaan de ngan seorang gadis yang mudah sekali cemburu ber nama Lail?”
Mobil pinjaman dari Wali Kota tiba di depan hotel. Lail masygul melangkah
turun. Suasana hatinya tetap buruk meski Maryam sudah berusaha
meyakinkannya.
”Sebentar, Lail.” Maryam yang tadi sudah ikut melangkah turun kini kembali
masuk ke dalam mobil. Dia teringat sesuatu. Saat itu pintu mobil masih
terbuka.
”Apakah kamu bisa terbang?” Maryam bertanya.
” Tentu saja, Nona.”
”Apakah ada protokol keselamatan penumpang yang melarang mu untuk
terbang?”
” Tidak ada, Nona. Kapan pun penumpang menginginkan nya.”