Page 206 - hujan
P. 206
26
2
RUANGAN 4 x 4 m dengan lantai pualam he ning.
” Kapal? Apa sebenarnya yang dibuat oleh Soke Bahtera?” Elijah bertanya.
Gadis di atas sofa hijau terdiam sejenak.
”Aku belum tahu saat itu. Esok tidak pernah menceritakan nya.”
” Dan tentang izin? Kenapa Esok harus meminta izi n untuk ber temu
denganmu?”
Gadis di atas sofa hijau menggeleng.
”Aku juga tidak tahu saat itu. Aku baru tahu setahun kemudi an.... Enam bulan
lalu.”
Elijah meletakkan tablet di tangannya sejenak, memperbaiki posisi duduk. Dia
teringat berita yang ramai dibicarakan di televisi 24 jam terakhir. ”Apakah semua
ini ada kait an nya dengan pengumuman penting yang akan dilakukan
pemerintah besok pagi pukul tujuh? Tentang ’ Proyek Kategori 1’?”
Gadis di atas sofa diam hampir dua menit. Elijah menahan napas, menunggu
jawaban.
Gadis itu akhirnya mengangguk perlahan.
Astaga! Elijah menutup mulutnya.
Dia pikir, dia telah memahami benang merah semua cerita. Tapi dengan
konJrmasi gadis di atas sofa barusan, dia sama sekali tidak bisa menebak ke
mana kisah ini akan berujung.
”Apa yang terjadi setelah acara wisuda itu, Lail?”
Elijah bertanya tidak sabaran. Dia telah melupakan tugasnya yang hanya
fasilitator, perantara bagi bando logam. Dia me nunggu kelanjutan cerita.