Page 45 - hujan
P. 45
seperti ada kabut menyelimuti sekitar. Udara dingin menerpa wajah, mem-
buatnya menggigil. Belum pernah Lail merasa sedingin ini. Bu kan kah ini sudah
pukul delapan? Seharusnya suhu terasa ha ngat.
Apa yang terjadi? Lail menelan ludah sambil merapatkan jaket yang dia
kenakan.
”Suhu bumi terus turun. Dalam seminggu, temperatur akan turun hingga lima
belas derajat,” Esok yang menjelaskan. ” Tapi kita tidak perlu khawatir, protokol
darurat telah diumumkan Wali Kota. Marinir sedang dikerahkan menuju toko
pakaian dan toko makanan. Semua persediaan yang berhasil diselamatkan men-
jadi milik publik, dikontrol penuh oleh marinir agar tidak ter jadi keributan.
Mereka akan membagikan pakaian dingin ke pada pengungsi dalam waktu 24
jam ke depan.”
Lail menoleh ke arah Esok. ” Bagaimana kamu tahu soal itu?”
”Aku menguping percakapan petugas.” Esok mengangkat bahunya dengan
santai. ” Hati-hati, Lail, kemungkinan kamu menginjak lubang yang tidak
terlihat.” Esok cekatan menarik tubuh Lail yang terhuyung. Lapisan abu tebal
membuat halaman rumput terlihat sama, abu-abu.
” Ini belum seberapa. Abu ini akan terus turun. Tebalnya bisa hingga lima belas
senti dua hari lagi.” Esok menepuk- nepuk pakai an nya.
” Bagaimana kalau tidak berhenti? Terus turun?” Lail ber tanya.
” Tentu saja akan berhenti. Mungkin dua minggu, mung kin sebulan. Kamu
harus mengenakan masker setiap kali keluar. Beberapa saat lagi petugas
kesehatan akan melarang siapa pun keluar tenda, kecuali situasi darurat. Ayo,
kita harus segera tiba di dapur umum.”
Mereka tiba terlambat di dapur umum. Makanan sudah ha bis.
” Tidak apa. Aku tidak lapar.” Lail menggeleng tidak peduli.
” Kamu harus makan!” Esok berseru tegas, menarik paksa ta ngan Lail,
melangkah ke bagian dalam dapur, menemui salah satu petugas.
Esok sepertinya sudah menge tahui banyak hal di tenda pengungsian 24 jam
terakhir. Dia mengenal dan dikenal banyak petugas, cakap berbicara de ngan