Page 87 - ISYARAT DAN PERHATIAN_FISIKA (IBN SINA)_CETAK
P. 87
fisik. Korporealitas skala kosmologis, ditaksir tapi taksiran matem-
atis hanya menangkap kilasannya saja dan tentu saja terlalu pre-
matur dan naif jika mengatakan bahwa fisika teoretis telah mapan
dan final memetakan limitasi luasan alam semesta. Sekaligus juga
sembrono jika mengatakan bahwa alam semesta tidak memiliki lim-
itasi—sejauh fisika yang berkembang berada pada dimensi tiga dan
bukan dimensi empat. Tapi dari mana materi berasal? Ini juga mer-
8
upakan pertanyaan menarik. 9
Teori dentuman besar menaksir bahwa materi pertama be-
rasal dari suatu kondisi, sebuah keadaan yang disebut sebagai “Sin-
gularitas”. Dalam situasi ini, sebagaimana dipetakan Hawking dalam
Sejarah Sang Kala, ruang-waktu-materi-gravitasi bersifat satu kesat-
uan komposit. Kondisi ini disebut singularitas, dan fisika teoritik tel-
ah menghitung dengan ketepatan tinggi bahwa inilah salah satu dari
banyak model sejarah awal alam semesta. Ledakan ini sedemikian
rupa sehingga secara teoritis meniscayakan jejak radiasi, dan konfir-
masinya bersifat afirmatif. Tepat di sini pertanyaan filsafat Ibn Sina
10
bisa masuk: jika rang-waktu-materi-gravitasi dalam keadaan diam
di titik singularitas, maka tepat berada di manakah singularitas itu?
Apakah ia adalah besaran terbatas dengan volume terbatas, atau
dia tidak terbatas? Dari apa yang menjadi logika material di sini akan
kita tangkap bahwa hal itu mustahil tidak terbatas, sejak bahwa
matematika tunduk pada lema “batas kontinu”. Dan benar, sejauh
yang diberikan oleh fisika kontemporer, jawabannya adalah terba-
tas. Tapi jawaban mengenai koordinat singularitas ini belum bisa di-
jawab kecuali oleh abstraksi fisika teoritis. Penjabaran diskursif lain
mengenai nilai ‘ada’ sebagai ‘keberadaan’, mengesampingkan asas
fisiknya, hanya bisa ditemukan dalam metafisika. Sebab koordinat,
titimangsa, atau apa pun yang dibahas di dalam fisika—apalagi fisi-
ka modern—tidak lepas dari konsep mengenai ‘Ada’. Analisa men-
genai hal ini akan diuraikan di muka.
Dengan mengambil ancang-ancang dari filsafat alam yang
telah dikenal secara luas, Ibn Sina mengetengahkan soal filsa-
fat teoritik (metafisika) yang bersinggungan dengan filsafat alam.
Hasilnya adalah perdebatan mengenai keasasian realitas. Ibn Sina
cenderung pada keasasisan eksistensi fisik. Perlu dicatat bahwa
keasasian eksistensi fisik di sini memang tampak tak terhindarkan.
ISYARAT DAN PERHATIAN: FISIKA | 87