Page 116 - SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL DAERAH SULAWESI UTARA
P. 116
.. ' -.
Musik bambu mulai dikenal di Minahasa 'pada 31 Agustus
1923, pada waktu perayaan Ratu Wilhelmina 25 tahun sebagai
Raja Belanda. Dalam perayaan itu untuk pertama kalinya mun-
cul orkes bambu melulu dari daerah Ratahan. Ada yang menga-
takan bahwa seniman musiknya bemama Angok Pogada seorang
pensiunan tentara dari Ambon yang kemudian menjadi guru di
Wioi di Ratahan (Minahasa). Ia mendirikan orkes yang dinamakan
Oranje Wioi. Mulai tahun 1925, bermunculanlah cirkes-orkes
bambu di seluruh Minahasa. Musik bambu di daerah Sangir Ta-
laud menurut dugaan adalah pengaruh dari Minahasa. Setelah
setengah abad perkembangannya, maka pada Lokakarya musik
bambu yang diadakan di Jakarta antara tanggal 6-19 Pebruari
1974, musik barn bu ditetapkan sebagai alat pendidikan.
Tentang musik kolintang, sudah diuraikan di depan khusus-
nya kolintang kayu Minahasa. Ada pula yang disebut kolintang
besi (di Bolaang Mongondow, juga hanya disebut kulintango
di Bintauna) dan kolintang tembaga (di daerah Minahasa). Se-
belum kedatangan bangsa-bangsa Barat bahkan sesudahnya,
para raja di Bolaang Mongondow pengesahannya dilakukan di
istana Kesultanan Temate. Raja yang pertama disahkan diberi-
kan seperangkat alat musik dari bahan logam yang menyerupai
gamelan yang disebut kulontang besi atau kulintango. Kemung-
kinan besar alat musik ini ada di Temate didatangkan dari Jawa;
di Jawa sendiri, alat musik gamelan dipergunakan untuk mengi-
ringi pertunjukan wayang dan seni tari. 16 7 > Para raja Bolaang
Mongondow yang dilantik di Temate itu, selain diberikan game-
lan (yang disebut kulintango atau kulintang besi) juga dianu-
grahkan payung kebesaran raja yang di Bintauna disebut paungo,
di mana untuk Kerajaan Bintauna dianugerahkan kepada Raja
Pattilima Datunsolang yang memerintah mulai kira-kira awal
abad ke-18. 168 > Selain diberikan paungo (terbuat dari kain
antalas), dan diberikan kulintango itu, juga dianugerahkan tam-
bur (safuwa) dan gong (bandingo). Gamelan atau kulintango un-
tuk Kerajaan Bintauna terdiri dari enam nada sedangkan untuk
kerajaan-kerajaan lainnya hanya lima nada saja. 169 > Sekarang ini
dapat dikatakan tidak ada lagi yang dapat memainkan kolintang
167) D.H. Burger, Sejarah Ekonomi8 Sosiologis Indonesia, djilid I, PN Pradjna
Pararnita, Djakarta, 1960. hal. 46.
168) Wawancara dengan A.M. Datunsolang. 22-9-1978.
169) Wawancara dengan A.M. Datunsolang, 22-9-1978.
107
-------------------- ~ - - -