Page 54 - SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL DAERAH SULAWESI UTARA
P. 54
kan agama Islam di sana ialah Raja Motolodulahu dari Goronta-
lo. Dari tempat itu agama ini disebarkan ke pedalaman yaitu
ke Limboto oleh dua ulama bernama Tutu dan Tomito. Disam-
ping itu Raja Hunggiludaa I dari Kerajaan Limboto. Ia jadi pe-
meluk agama Islam sewaktu pergi ke Ternate dan sekembalinya
mulai menyebarkan agama itu di kerajaannya. Dari situ agama
ini menyebar ke Paguy.aman. Nanti pada tahun 1752 barulah
Kerajaan Bolango dan Atinggola memeluk agama Islam dibawa
oleh Raja Abram Duwawulu (Hubulo). Di Suwawa dibawa oleh
Raja Mooluodu dan dikembangkan oleh Raja Lahai.
Gubernur Maluku R. Padtbrugge mengunjungi Gorontalo
di tahun 1 723 untuk menjalin hubungan dengan raja-raja setem-
pat. Empat tahun kemudian ia mengangkat Kocku sebagai wakil
pemerintah kolonial di sana. Kocku mulai berusaha menyebar-
kan agama Kristen tetapi usahanya itu ditolak oleh raja-raja
setempat, dengan alasan bahwa mereka dan rakyatnya telah
memeluk agama Islam. Raja-raja Gorontalo itu mengatakan
bahwa mereka hanya bersedia berhubungan dalam bidang per-
5
dagangan saja dengan voe. 6 ).
Tahun ·1678-pendeta-pendeta Kristen meminta izin kepada Raja
Iskandar Bija dari Kerajaan Gorontalo dan Jogtlgu Isnain dari
Kerajaan Limboto supaya rakyat menerima agama Kristen. Per-
mohonan ini tidak dikabulkan sehingga para pemimpin itu di-
tangkap. Raja Iskandar Bija dibuang ke Sri Lanka sedangkan
Jogugu Isnain dibuang ke Tanjung Pengharapan Afrika. Namun
dengan gagalnya usaha pengkristenan ini maka akhirnya pemerin-
tah Belanda mengalihkan perhatian pada segi perekonomian dan
perdagangan saja. ·
Meskipun pada kenyataannya orang Gorontalo semuanya
adalah pemeluk agama Islam, namun mereka masih memperca-
yai adanya makhluk-makhluk halus yang menghuni alam raya
ini dan juga adanya kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan
gaib dan sakti sebagai berikut :
a. Kepercayaan kepada makhluk halus (moto/uhuta)
Mereka percaya bahwa makhluk-makhluk halus seperti
setan, jin dan sebagainya, seringkali mengganggu keten-
teraman hidup manusia. Untuk mengusir atau mencegah
agar jangan sampai makhluk-makhluk itu lebih merugikan
56). M.H. Liputo, 1p. cit., filid X, 1949, hal. 4.
45