Page 264 - eBook Manajemen Pengantar_Neat
P. 264
organization toward meaningful goals” dengan indikator keberhasilan
sebagai berikut : People feel important; Learning and competence are
reinforced; People feel they part of the organization; dan Work is
viewed as excisting, stimulating, and enjoyable. Sementara itu,
Soetjipto Wirosardjono (1993) menandai kualifikasi kepemimpinan
berikut, “kepemimpinan yang kita kehendaki adalah kepemimpinan yang
secara sejati memancarkan wibawa, karena memiliki komitmen,
kredibilitas, dan integritas”.
Sebelum itu, Bennis bersama Burt Nanus (1985) mengidentifikasi
bentuk kompetensi kepemimpinan berupa “the ability to manage” dalam
empat hal : attention (= vision), meaning (= communication), trust (=
emotional glue), and self (= commitment, willingness to take risk).
Kemudian pada tahun 1997, keempat konsep tersebut diubah menjadi
the new rules of leadership berupa (a) Provide direction and meaning,
a sense of purpose; (b) Generate and sustain trust, creating authentic
relationships; (c) Display a bias towards action, risk taking and
curiosity; dan (d) Are purveyors of hope, optimism and a psychological
resilience that expects success.
Bagi Rossbeth Moss Kanter (1994), dalam menghadapi tantangan
masa depan yang semakin terasa kompleks dan akan berkembang semakin
dinamik, diperlukan kompetensi kepemimpinan berupa conception yang
tepat, competency yang cukup, connection yang luas, dan confidence.
Tokoh lainnya adalah Ken Shelton (1997) mengidentikasi kompetensi
dalam nuansa lain, menurut hubungan pemimpin dan pengikut, dan jiwa
kepemimpinan. Dalam hubungan pemimpin dan pengikut, ia menekankan
bagaimana keduanya sebaiknya berinterkasi. Fenomena ini menurut Pace
memerlukan kualitas kepemimpinan yang tidak mementingkan diri sendiri.
Selain itu, menurut Carleff pemimpin dan pengikut merupakan dua sisi
dari proses yang sama. Dalam hubungan jiwa kepemimpinan, sejumlah
pengamat memasuki wilayah “spiritual”. Rangkaian kualitas lain yang
mewarnainya antara lain adalah hati, jiwa, dan moral. Bardwick
menyatakan bahwa kepemimpinan bukanlah masalah intelektual atau
pengenalan, melainkan masalah emosional. Sedangkan Bell berpikiran
bahwa pembimbing yang benar tidak selamanya merupakan mahluk
rasional. Mereka seringkali adalah pencari nyala api
Pendekatan Psikoanalitik terhadap Kepemimpinan
Dalam suatu penelitian serial, Manfred Kets de Vries menyimpulkan
bahwa teori-teori kepemimpinan didasarkan pada suatu model kehidupan
Kepemimpinan 253