Page 226 - Gabungan
P. 226
"Pameran Anggrek masih satu jam lagi dibuka. Masih awal,
bagaimana kalau kita keliling kota dulu dengan mobil?" usul Yenni.
"Bagus! Kemarin malam kita tiba saat gelap, tidak sempat lihat
pemandangan kota," kata Su Wenbin.
Kota Anggrek ini dibangun di lereng bukit yang landai. Di belakang
kota, barisan pegunungan tampak megah. Karena suhu yang sejuk
dan curah hujan cukup, bunga-buahan di sini sangat subur dan
harganya murah.
Rupanya sejak dulu kota ini terkenal dengan produksi anggreknya,
hingga mendapat julukan "Kota Anggrek".
Mobil berhenti di sebuah alun-alun kecil. Angin sepoi-sepoi
berhembus dengan hawa dingin. Yenni yang sudah bersiap
mengenakan jaket tipis. Su Wenbin tersenyum melihatnya:
"Yenni, kamu mirip Lin Daiyu yang lemah lunglai!"
"Kamu bilang aku seperti Lin Daiyu di film 'Impian di Istana
Merah'?" Yenni yang sudah dua kali menonton film itu meski tidak
paham novel aslinya, memukul bahu Su Wenbin dengan manja,
"Jahat sekali kamu, menyumpahiku mati muda!"
"Siapa bilang aku menyumpahi?"
"Bukankah Lin Daiyu meninggal muda?"
"Maksudku, kamu secantik, sebaik, dan sepintar Lin Daiyu, hanya
saja fisikmu agak lemah."
226

