Page 106 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 106

peristiwa  yang  amat  penting.  Jika  ketua  panitia  penyambutan  adalah
              Jimbron, maka kupastikan di pelantaran itu sudah tergelar karpet merah,
              juga  disiapkannya  tarian  Serampung  Dua  Belas  serta  gadis-gadis
              semenanjung  berbaju  adat  untuk  mengalungkan  bunga  di  leher  kuda-
              kuda itu..
                  Jimbron  bolos  sekolah.  Usai  salat  lohor  dia  sudah  hilir  mudik  di
              dermaga.  Tak  ingin  ia  kecolongan  satu  detikpun  melihat  kuda-kuda  itu
              turun  dari  kapal.  Tapi  anehnya  ia  tak  tampak  di  deretan  depan  para
              pengunjung. Ia ada di sudut sana, di antara tong-tong aspal, agak jauh di
              belakang. Kepalanya timbul tenggelam di balik tong-tong itu seperti orang
              main  petak  umpet.  Sesekali  ia  menampakkan  wajahnya  untuk  melihat
              kapal  yang  semakin  dekat.  Ia  seperti  malu  dilihat  orang.  Jika  sampai
              hampir senewen maka ia merasa sedikit takut keinginannya akan segera
              terwujud di depan batang hidungnya. Pasti itulah yang dialami Jimbron.
              Seperti kata ibuku: gila memang ada empat puluh empat macam..
                  BINTANG  LAUT  SELATAN  merapat.  Pintu  utamanya  dipaskan
              pada  ujung pelataran  sehingga  tercipta  jembatan antara dermaga denga
              kapal. Sinar matahari sore terbias pada permukaan laut membentuk pita
              berwarna jingga yang memukau dari dermaga sampai ke kaki langit. Jika
              tamu-tamu terhormat dari Tasmania itu melenggang di atas jembatan tadi,
              pasti akan menambah pesona sore bersejarah di kampung kami ini..
                  Pintu  kapal  dibuka.  Semua  mata  tertuju  ke  pintu  kapan  itu  dan
              ruangan di dalamnya yang gelap. Tak tampak apa pun. Para pengunjung
              tegang  dan  senyap  menunggu  kuda-kuda  hebat  Australia  melangkah
              keluar.  Kepala  Jimbron  tak  tampak  sama  sekali.  Tiba-tiba  sebuah
              bayangan  hitam  berkelebat.  Dan  dari  kegelapan  itu  terdengar  samar
              dengusan  yang  berat  seperti  dengusan  beberapa  ekor  singa.  Lalu
              bergema  suara  gemeretak  di  lantai  kapal.  Gemeretak  itu  meningkat
              menjadi hentakan-hentakan yang sangat kuat seperti logam saling beradu.
              Gaduh  bertubi-tubi  memekakkan  telinga,  membahana  ke  seluruh  kapal
              sampai  ke  dermaga.  Para  pengunjung  terkejut  ketakutan  dan  sebagian
              mereka yang berdiri di barisan depan mundur. Belum surut keterkejutan
              pengunjung,  secara  sangat  mendadak,  seekor  makhluk  hitam  berkilat
              yang sangat besar melompat ke mulut pintu..
                  Para penonton serentak berteriak histeris.
                  “Hhaaaaahhhhhhh... !! ! ”.
                  Astaga!! Di ambang pintu kapal tiba-tiba berdiri seekor kuda hitam
              staliion dengan tinggi hampir tiga meter dan panjang badan sekitar empat
              meter.  Hitam  pekat  berminyak-  minyak,  serupa  kayu  mahoni  yag  di
              pernis tebal, licin mengilap  seperti seekor  kumbang jantan. Ia tak peduli
              pada  ratusan  pasang  mata  yang  memelototinya.  ia  berputar  sedikit,

                                          104
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111